PANTAI PARANGTRITIS DI YOGYAKARTA




Pantai Parangtritis adalah salah satu pantai yang harus dikunjungi, bukan hanya karena merupakan pantai paling terkenal di Yogyakarta, tetapi juga memiliki hubungan dekat dengan berbagai tempat wisata lainnya, seperti Kraton, Pantai Parangkusumo dan kawasan Merapi. Pantai yang terletak 27 kilometer dari pusat kota juga merupakan bagian dari kekuasaan Ratu Kidul.

Penamaan Parangtritis memiliki kesejarahan tersendiri. Konon, seseorang bernama Dipokusumo yang merupakan pelarian dari Kerajaan Majapahit datang ke daerah ini beratus-ratus tahun lalu untuk melakukan meditasi. When he saw droplets of water that flows from the rock cracks, he was named the area became South ', from the machete (= stone) and tumaritis (= drop of water). Pantai ini terletak di daerah itu akhirnya bernama sama.

Pantai Parangtritis merupakan pantai yang penuh mitos, diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Kraton Yogyakarta dan Parangtritis. Pantai ini juga diyakini sebagai tempat pertemuan Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah selesai melalui meditasi. Dalam pertemuan itu, Senopati diingatkan agar tetap rendah hati sebagai penguasa meskipun supranatural.

Daya tarik utama pantai ini. Menikmati pemandangan alam yang paling penting. Pesona alam yang bisa diintip dari berbagai lokasi dan cara sehingga pemandangan yang dilihat lebih bervariasi dan anda juga memiliki pengalaman yang berbeda. Jika Anda berdiri di tepi pantai, pesona alam yang tampak sebuah pemandangan laut yang luar biasa dengan ombak yang keras dan tebing-tebing tinggi di sebelah timur.

Untuk menikmatinya, Anda dapat berjalan dari timur ke barat dan memandang ke arah selatan. Selain itu, Anda juga dapat menyewa pertunjukan yang akan membawa Anda melalui rute yang sama tanpa kelelahan. Ada juga menawarkan menunggang kuda untuk menjelajahi pantai. Biaya, anda bisa membicarakan dengan para penyewa jasa.

Setelah menikmati pemandangan dari pantai Parangtritis, anda bisa pergi ke Gua Langse untuk pengalaman yang berbeda. Di jalan tanah menuju Gua Langse, anda bisa melihat ke arah barat dan menyaksikan keindahan lain Parangtritis. Gelombang laut besar menuju pantai untuk melihat sinar matahari perak, dan akan berwarna menyerupai emas ketika matahari mulai memerah, atau saat senja. Eksotik ini YogYES sempat menikmati pemandangan ketika berkunjung beberapa hari yang lalu.

Puas dengan pemandangan alamnya anda bisa menikmati pengalaman wisata lain ke situs-situs bersejarah yang terletak di sekitar Pantai Parangtritis. Salah satunya adalah makam Syekh Bela Belu yang terletak di jalan menuju pantai. Anda dapat pergi melalui tangga yang menghubungkan jalan raya dengan bukit tempat suci makam. Umumnya, banyak peziarah datang pada hari Selasa Kliwon.

Selesai mengunjungi makam, anda bisa menantang diri untuk pergi ke Gua Langse, gua yang akan dicapai dengan berjalan kaki sejauh 3 km dan 400 meter-tebing tinggi dengan sudut kemiringan hampir 900. Untuk memasuki gua yang juga sering disebut sebagai Queen of the South Gua, Anda harus meminta ijin pada juru kuncinya terlebih dahulu. Menurut salah seorang penjaga di Depok Pantai ketika muda sering menuruni gua, anda bisa melihat pemandangan laut selatan yang lebih indah kemudian berhasil memasuki gua.

5 on 5 di bulan kalender Cina, anda bisa melihat prosesi upacara Peh Cun di Parangtritis. Peh Cun, berasal dari kata Peh yang berarti dayung dan beracun, yang berarti perahu, merupakan bentuk syukur kepada Allah Tioghoa masyarakat. Festival ini juga dimaksudkan untuk memperingati Khut Gwan (Qi Yuan), seorang patriot dan sekaligus menteri dalam kerajaan yang dikenal kesetiaan kepada raja hingga ia difitnah oleh rekannya dan memilih bunuh diri.

Perayaan Peh Cun di Parangtritis dianggap unik karena tidak diisi dengan atraksi mendayung perahu yang dihiasi dengan naga seperti di tempat lain, tetapi dengan atraksi telur berdiri. Atraksi dimulai sekitar pukul 11.00 dan memuncak at 12:00. Pada tengah hari, menurut kepercayaan, telur bisa berdiri tegak tanpa didukung. Namun, begitu memasuki pukul 13.00, telur akan terjatuh dengan sendirinya dan tidak dapat didirikan lagi.

Untuk mencapai Parangtritis, anda bisa memilih dua rute. Pertama, rute Yogyakarta - Imogiri - Siluk - Parangtritis yang menawarkan pemandangan sungai dan gunung batu. Kedua, melewati rute Yogyakarta - Parangtritis yang bisa dilakukan dengan mdah karena jalan yang relatif baik. Disarankan, Anda tidak memakai pakaian hijau untuk menghormati penduduk setempat yang percaya bahwa baju hijau bisa membawa bencana.

gua monster menakutkan






Tak banyak yang mengenal Pesanggrahan Gua Siluman. Dimengerti, pesanggrahan yang dibangun oleh Hamengku Buwono II, hal ini tidak setenar Istana Air Taman Sari. Tapi, di balik tidak populer, rumah peristirahatan ini pernah menjadi fungsi penting bagi istana sultan, sebagai tempat bertapa. Bersama Pesanggrahan Warungboto, tempat ini disebut dalam salah satu tembang macapat yang menceritakan tentang kemajuan yang dicapai selama pemerintahan Hamengku Buwono II di Yogyakarta.

Pesanggrahan Gua ini terletak di wilayah Siluman Wonocatur, Sleman, tepatnya di jalan yang menghubungkan Ring Road Timur Yogyakarta wilayah Berbah, Bantul. Anda ingin berkunjung bisa melewati Jalan Janti sampai perempatan Blok O, kemudian berbelok ke kanan. Ketika Anda melihat sebuah papan nama di Berbah, anda tinggal berbelok ke kiri. Guesthouse ini terletak tepat di pinggi jalan, ditandai tembok tinggi setebal 75 cm yang warnanya sudah mulai menghitam.

Daerah meliputi rumah sisanya kanan dan kiri jalan. Mungkin sedikit mengherankan, tapi itu benar. Apakah ada bagian bangunan yang terpotong dengan keberadaan jalan? Tampaknya tidak. YogYES yakin untuk melihat bangunan-bangunan di kiri jalan adalah pintu gerbang ke rumah peristirahatan ini. Pintu itu bersambungan dengan lorong menuju areal bangunan di sebelah kanan jalan. Artinya, lorong yang menghubungkan kompleks di kanan dan kiri jalan di tepat di bawah jalan raya menuju Berbah itu.

Pada bangunan pintu gerbang, kami mengalami relief burung Beri di bagian atas. Bentuk unik masih dapat dilihat jelas meski beberapa bagian yang rusak karena usia. Sementara di bagian bawah pintu, terdapat beberapa anak tangga yang menghubungkan bagian luar terowongan. Ketika anda pergi lebih dalam, ada lagi sebuah pintu lengkung bagian atas, mungkin berfungsi sebagai penanda sudah memasuki lorong.

YogYES benar-benar ingin untuk menjelajahi lorong, namun kami urungkan dan lebih memilih menyeberang jalan. Selanjutnya, kami menuruni bangunan di jalan yang benar dan menemunkan sebuah pintu berbentuk persegi. Pintu salinan karbon lorong yang menghubungkan kanan dan kiri jalan. Tidak seperti pintu utara yang dihiasi dengan relief burung Beri, pintu selatan ini sederhana, tanpa hiasan apa pun.

Lewat pintu selatan,bisa mengintip rumah yang lain lain. Ada sebuah bangunan yang memanjang ke timur, langsung bersambungan dengan lorong. Bangunan dibagi menjadi beberapa kamar, yang masing-masing juga dihubungkan dengan sebuah pintu. Tak jauh dari pintu kamar yang menghubungkan timur, terdapat sebuah layar dihiasi dengan ornamen indah serupa motif batik. Sementara itu, di ruangan paling timur sendiri adalah sebuah kolam persegi panjang yang masih diisi dengan air.

Seperti banyak pesanggrahan awal Sultan's Palace, Gua Siluman juga memiliki areal taman dan kolam renang. Saat ini, wilayah kebun ditanam beragam tanaman hias sehingga areal ini tampak hijau. Tanaman hias yang tumbuh di pinggir dua kolam persegi panjang yang juga merupakan bagian dari bangunan pesanggrahan. Tepi kolam renang dan lapangan sebenarnya terbuat dari plesteran yang cukup bagus, tapi sayangnya tidak dapat dilihat karena airnya begitu jelas.

Memutar ke barat daya, ada satu lingkaran air kolam. Kolam renang dihiasi dengan arca burung Beri dengan paruhnya yang menonjol. Bentuknya sangat unik, terutama karena paruhnya sekaligus berfungsi sebagai pancuran. Renang serupa juga ditemukan di tenggara, namun arcanya sudah mengalami kerusakan dan mulai terpendam tanah kolam.

Sampai saat ini, berbagai kegiatan di samping Kerajaan meditasi dilakukan di Pesanggrahan Gua Siluman belum bisa terjawab, termasuk mereka yang telah bertapa di tempat ini. Hal lain yang masih menjadi misteri adalah nama bangunannya sendiri. Tembang macapat gedung baru ini mencakup bangunan dikatakan Gua Seluman, tetapi ada tanda-tanda bahwa kompleks bangunan sekarang nama gedung Gua Demon. Apakah Seluman dan setan berarti sama?

Di masa lalu, banyak orang menganggap bangunan ini angker sehingga tak seorang pun dapat memasukkannya secara acak. Tapi sekarang asumsi bahwa tidak ada alasan beberapa orang bahkan menggunakan areal pesanggrahan untuk chatting. Jadi, Anda dapat mengunjungi salah satu situs bersejarah ini tanpa rasa takut.

kota yogyakarta candi kembar milik (candi Plaosan)





Anda tidak perlu buru-buru kembali ke penginapan setelah kunjungan ke Candi Prambanan, sebab tidak jauh dari candi Hindu paling indah di dunia itu anda juga akan melihat candi-candi lain yang sama menariknya. Menuju ke utara sejauh 1 km, anda akan melihat Candi Plaosan, sebuah candi yang dibangun oleh Rakai Pikatan untuk Ratu, Pramudyawardani. Terletak di Desa Bugisan Kecamatan Prambanan, arsitektur candi adalah campuran Hindu dan Buddha.

Kompleks Plaosan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Plaosan Plaosan Lor dan Candi Selatan. Kedua candi memiliki teras berbentuk persegi dikelilingi oleh dinding, yang berbentuk meditasi di sisi barat loket karcis dan stupa di sisi lainnya. Karena kesamaan, penampilan Lor dan Candi Plaosan Selatan hampir sama bila dilihat dari kejauhan sejauh Candi Plaosan juga sering disebut candi kembar.

Bangunan Candi Plaosan Lor memiliki halaman tengah yang dikelilingi oleh dinding dengan pintu masuk di sebelah barat. Di tengah halaman terdapat pendopo berukuran 21,62 mx 19 m. Pada bagian timur pendopo terdapat 3 buah altar, altar utara, timur dan selatan. Gambaran Amitbha, Ratnasambhava, Vairochana, dan Aksobya di altar timur. Stupa Ksitigarbha Samantabadhara dan angka-angka di altar utara, sementara gambaran Manjusri adalah altar barat.

Candi Plaosan Selatan juga memiliki paviliun di tengah yang dikelilingi 8 candi kecil yang terbagi menjadi 2 tingkat dan tiap tingkat terdiri dari 4 candi. Ada juga gambar Tathagata Amitbha, Vajrapani dengan atribut vajra dari Prajnaparamita utpala dan dianggap sebagai "ibu dari semua Budha". Beberapa gambar lain masih dapat ditemukan namun tidak pada tempat yang asli. Manujri sosok yang menurut seorang ilmuwan Belanda bernama Krom cukup signifikan juga ditemukan.

Bagian Bas relief candi ini memiliki gambaran unik pria dan wanita. Ada seorang pria yang digambarkan duduk bersila dengan tangan mereka dan sosok menyembah seorang pria dengan tangan vara mudra dan vas di kaki yang dikelilingi enam pria yang lebih kecil. Seorang wanita digambarkan berdiri dengan tangan vara mudra, sementara di sekelilingnya terdapat buku, pallet dan vas. Krom berpendapat bahwa figur ia adalah gambaran pelindung wanita pendukung dua kuil.

Seluruh kompleks Candi Plaosan memiliki 116 stupa perwara dan 50 candi perwara. Stupa perwara bisa dilihat di semua sisi candi utama, serta candi perwara yang lebih kecil. Ketika berjalan ke utara, anda bisa melihat bangunan terbuka yang disebut Mandapa. Dua prasati juga bisa ditemukan, prasasti di koin emas di sebelah utara candi utama dan prasasti yang ditulis di atas batu di Candi Perwara baris pertama.

Salah satu kekhasan Candi Plaosan Terrace adalah permukaannya halus. Krom berpendapat teras candi ini berbeda dengan teras candi lain yang dibangun pada periode yang sama. Menurut dia, hal itu terkait dengan fungsi candi pada waktu itu yang diduga untuk menyimpan teks-teks kanonik biksu. Tuduhan lain datang dari para ilmuwan Belanda, jika jumlah pendeta di wilayah itu sedikit maka mungkin itu digunakan sebagai teras kuil (kuil Budha).

Jika Anda melihat sekeliling candi, anda akan tahu bahwa Candi Plaosan sebenarnya merupakan kompleks candi yang luas. Hal ini dapat dilihat dari pagar sepanjang 460 m dari utara ke selatan dan 290 m dari barat ke timur, juga interior pagar yang terdiri atas parit sepanjang 440 m dari utara ke selatan dan 270 m dari barat ke timur. Parit yang menyusun bagian interior pagar itu bisa dilihat dengan berjalan ke arah timur melewati tengah-tengah bangunan bersejarah ini.





Ralief Cantik yang terletak di Candi Gampingan






Tidak semua candi memiliki relief cantik yang khas sebab umumnya hanya dihias oleh arca dan relief yang umum di hampir semua candi. Salah satu yang memiliki relief cantik yang khas Candi Gampingan, sebuah candi yang tak sengaja ditemukan oleh seorang pengrajin di dusun bata Gampingan, Piyungan, Bantul pada tahun 1995. Meskipun dalam ukuran kecil dan tidak utuh lagi, Candi Gampingan masih kaya akan relief yang mempesona.

Salah satu relief yang indah dapat ditemukan di candi ini adalah relief hewan yang ada di kaki candi. Relief hewan di Gampingan begitu natural untuk diketahui jenis hewan yang digambarkan. Candi sering tidak cukup untuk memiliki lega, setidaknya hanya Candi Prambanan dan Mendut yang dikenal memiliki relief serupa. Semua pengaturan lega dihiasi dengan sulur, yang padmamula (akar teratai) yang diyakini sebagai sumber kehidupan.

Saat YogYES berkeliling, tampak jenis hewan adalah seekor burung yang mendominasi. Terdapat relief burung gagak yang tampak memiliki paruh besar, tubuh kokoh, sayap dan memperluas ke ekor berbentuk kipas. Ada pula relief burung pelatuk yang digambarkan memiliki jambul di atas kepala, paruh yang agak panjang dan runcing serta sayap yang tidak mengembang. Selain itu, ada juga ayam jantan yang memiliki dada dan sayap mengembang ke bawah.

Membuat burung di sejumlah relief di kuil ini banyak keyakinan mengenai waktu kekuatan transedental burung. Diyakini, burung merupakan perwujudan para dewa dan utusan alam para dewa atau nirwana. Burung juga berkaitan dengan kebebasan absolut manusia yang dicapai setelah berhasil meninggalkan kehidupan duniawi, lambang jiwa manusia terpisah dari tubuh.

Relief hewan lain yang juga banyak digambarkan katak. Masyarakat pada waktu itu percaya bahwa katak memiliki kekuatan gaib yang dapat mendatangkan hujan, sehingga katak juga dipercaya untuk meningkatkan produktivitas, karena hujan membawa seekor katak bisa meningkatkan hasil panen. Katak sering muncul dari air juga melambangkan pembaharuan kehidupan dan kebangkitan menuju arah yang lebih baik.

Hingga kini, bantuan masih menyisakan pertanyaan, apakah sebuah fabel (cerita hewan yang didongengkan pada anak-anak) seperti di Candi Mendut atau gambaran hewan yang sengaja dibuat untuk menunjukkan maksud tertentu. Pertanyaan muncul karena gambaran hewan seperti Candi Gampingan tak ditemukan dalam buku yang berisi fabel, seperti Jataka, Sukasaptati, Panchatantra dan versi turunannya.

Candi Gampingan diperkirakan dibangun antara 730-850 M diyakini merupakan tempat untuk menyembah Jambhala (dewa kekayaan, anak Dewa Siwa). Hal ini didasarkan pada penemuan Arca Jambhala ketika penggalian. Jambhala digambarkan sedang dalam keadaan meditasi, duduk bersila sementara matanya terpejam. Bagian tubuh dihiasi oleh unsur-unsur ikonografi (asana) berupa bunga teratai yang telah mencapai daun 8 helai sebagai lambang cakra dalam tubuh manusia.

Jambhala angka-angka dalam candi ini berbeda dengan yang ada di candi lainnya. Umumnya, Jambhala di candi lain digambarkan dengan mata lebar yang menatap pemujanya dengan berbagai hiasan yang melambangkan kemakmuran dan kemewahan. Diyakini, penggambaran berbeda ini didasarkan pada motivasi pemujaan, bukan untuk memohon kemakmuran tetapi bimbingan agar dapat mencapai kebahagiaan sejati.

Mengunjungi Candi Gampingan akan membawa kita merenungkan kembali tentang cara kita sudah bepergian untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan. Relief yang mendominasi kehidupan hewan di alam sekitarnya bisa menjadi bentuk kearifan lokal pada masa itu dalam merepresentasikan sebuah pesan dari nirwana: untuk hidup dengan baik dan menghindari bencana, manusia seharusnya menjaga keselarasan dengan alam.

GUNUNG MERAPI MELIHAT PEMANDANGAN DARI KALIURANG



Kaliurang plewang kaki bukit yang terletak selatan dari merapi.sekitar 28km utara Jogja. Daerah ini adalah tempat refresing untuk mereka yang ingin menikmati udara segar dan pepohonan hijau. Sebagai tempat wisata pegunungan, Kaliurang menawarkan akomodasi, villa, bungalow, akomodasi serta fasilitas rekreasi seperti kolam renang, lapangan tenis, dan taman bermain yang dikunjungi banyak orang.

mount_merapi.jpg (image)Kaliurang terutama pada hari libur seperti Pramuka orang-orang muda biasanya berkemah di sana. Bagi mereka yang suka panjat tebing dapat memanjat melalui Kaliurang langsing. Mereka dapat menghabiskan malam di Kaliurang selama peluncuran, kemudianwaktu fajar memanjat melalui desa Kinahrejo rapi dan sampai sekitar malam / sore hari. Ketika cuaca baik, visi yang indah akan panorama hutan yang tertutup plewangan dan Kaliurang, dan sisi hijau desa bahkan dapat dilihat laut biru yang bisa kita lihat Indonesia. Waktu yang paling tepat untuk melihat panorama adalah di pagi hari ketika matahari terbit

wsundak5.jpg (image)Pantai Siung, pantai berpasir memiliki banyak tebing-tebing tinggi



[wsundak5.jpg]

Pantai Siung terletak di sebuah wilayah terpencil di Kabupaten Gunung Kidul, daerah selatan agak Tepus. Jaraknya sekitar 70 km dari pusat kota, atau sekitar 2 jam perjalanan. Menjangkau pantai ini dengan sepeda motor atau mobil pilihan banyak orang, karena sulit
menemukan angkutan umum. Colt atau bis dari kota Wonosari biasanya hanya sampai ke wilayah Tepus, dan bahkan kemudian harus menunggu berjam-jam.

Excellent stamina dan performa kendaraan yang baik adalah modal utama untuk mencapai pantai ini. Dimengerti, banyak tantangan yang harus ditaklukkan, dari lereng, tikungan tajam yang kadang disertai turunan untuk panas yang melanda kulit ketika jalan dikelilingi oleh perbukitan kapur dan ladang-ladang tanaman. Keseluruhan memblokir sejak Pathuk (kecamatan pertama di Gunung Kidul ditemui) ke pantai.

Seolah-olah tidak ada pilihan untuk lari dari tantangan. Jalur Yogyakarta - Wonosari yang berlanjut ke titik Wonosari - Baron dan Baron - Tepus adalah jalur yang paling mudah diakses, jalan telah diaspal mulus dan sempurna. Rute lain melalui Yogyakarta - Imogiri - Gunung Kidul memiliki tantangan yang lebih berat karena banyak jalan yang berlubang, sementara jalur Wonogiri - Gunung Kidul terlalu jauh bila diambil dari kota Yogyakarta.

Sebagai ungkapan, "sakit untuk bersenang-senang terlebih dahulu dan kemudian", yang akan melakukan perjalanan ke Pantai Siung. Kesenangan, kelegaan dan kedamaian baru bisa dirasakan ketika telah mencapai pantai. Biru laut dan pasir putih yang akan membersihkan olahraga memperlakukan lelah.Tersedia sejumlah rumah-rumah kayu di pantai, tempat untuk bersandar dan chatting sambil menikmati pemandangan yang indah.

Salah satu pesona yang menonjol dari Pantai Siung adalah batu. Terumbu karang yang sangat besar di sebelah barat dan timur pantai memiliki peran penting, bukan hanya untuk menambah keindahan dan membatasi pantai lainnya. Karang juga merupakan dasar penamaan pantai, saksi kejayaan wilayah pantai di masa lampau dan pesona yang membuat pantai ini semakin dikenal, setidaknya di wilayah Asia.

Rock di mana penamaan pantai ini berlokasi agak menjorok ke laut. Nama ini diambil dari bentuk batu pantai menurut Wastoyo, seorang sesepuh setempat, menyerupai gigi kera atau Siung Wanara. Hingga kini, batu karang ini masih bisa dinikmati keindahannya, berpadu dengan ombak besar yang kadang-kadang memukul, sampai retak disusuri oleh air laut yang mengalir perlahan, menyajikan sebuah pemandangan dramatis

Monyet tartar yang masih berdiri dari gerusan ombak laut memberikan kontribusi untuk saksi kejayaan wilayah Siung di masa lalu. Menurut cerita Wastoyo, wilayah Siung pada masa para wali menjadi salah satu pusat perdagangan di Gunung Kidul. Tak jauh dari pantai, tepatnya di wilayah Winangun, berdiri sebuah pasar. Di tempat ini pula, berdiam Nyai Kami dan Nyai podi, istri abdi dalem Kraton Yogyakarta dan Surakarta.

Kebanyakan orang waktu Siung profesi sebagai petani garam. Mereka mengandalkan air laut dan garam sebagai kekayaan sumber penghidupan. Garam yang dihasilkan oleh warga Siung ini yang merupakan komoditas utama di pasar Winangun. Meski kaya akan berbagai jenis ikan, tak banyak orang yang berani melaut saat itu. Umumnya, mereka hanya mencari ikan di tepian.

Hal yang secara berangsur-angsur sepi ketika pasar Winangun, menurut cerita Wastoyo, ke Yogyakarta. Pasar bergerak dari Winangun kata di Yogyakarta bernama Jowinangun, Jobo berdiri Winangun atau di luar wilayah Winganun. Warga setempat kehilangan mata pencaharian dan tidak banyak orang yang datang ke wilayah ini. Tidak jelas usaha apa yang diambil penduduk setempat untuk bertahan hidup.

Di tengah-tengah yang tenang, pantai yang indah batu Siung kembali berperan. Sekitar tahun 1989, sekelompok pecinta alam dari Jepang menggunakan tebing batu yang terletak di pantai barat sebagai arena panjat tebing. Kemudian, pada dekade 90-an, kompetisi Asian Climbing Gathering diadakan tebing lagi digunakan sebagai arena perlombaan Pantai Siung. Sejak itu, popularitas Pantai Siung mulai pulih lagi.

Kini, sebanyak 250 jalur pemanjatan di Pantai Siung, memfasilitasi penggemar olah raga panjat tebing. Jalur kemungkinan masih bisa ditambah, melihat aturan dalam rangka untuk melanjutkan garis yang ada dengan izin sebelumnya dari pembuat jalan. Banyak pihak telah memanfaatkan jalur pemanjatan di pantai ini, seperti sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta yang hendak melakukan panjat tebing ketika YogYES mengunjungi pantai ini.

Fasilitas lain juga mendukung kegiatan panjat tebing adalah ground camp yang terletak di pantai timur. Dalam perkemahan ini tanah, tenda-tenda bisa didirikan dan api dapat menyebar untuk melewatkan malam. Terms of use hanya satu, tidak merusak lingkungan dan mengganggu habitat penyu, seperti peringatan tertulis dalam sebuah papan pengumuman yang terletak di kamp tanah yang juga dapat digunakan bagi mereka yang hanya ingin menghabiskan malam.

Tak jauh dari kamp tanah, ada rumah kayu yang dapat digunakan sebagai base camp, sebuah pilihan selain mendirikan tenda. Ukuran base camp cukup besar, cukup selama 10 hingga 15 orang. Bentuk rumah panggung membuat mata semakin leluasa menikmati keeksotikan pantai. Cukup dengan berbicara dengan penduduk setempat, mungkin disertai oleh beberapa dolar, itu base camp dapat digunakan untuk bermalam.

Saat malam atau waktu tenang pengunjung, sekelompok kera ekor panjang akan turun dari puncak tebing ke pantai. Kera ekor panjang sekarang jauh lebih jarang ditemukan di pantai ini. Keberadaan ini kera ekor panjang juga mungkin salah satu alasan mengapa batu karang yang di atasnya nama-nama dipasangkan dengan bentuk gigi kera, bukan jenis hewan lainnya.


Pantai Sepanjang, Pantai Indah Yang Memiliki Sejarah

Bila ingin bernostalgia menikmati nuansa Pantai Kuta tempo doeloe, Pantai Sepanjang adalah tempat yang tepat. Sepanjang memiliki garis pantai yang panjang, pasir berwarna putih yang masih terjaga, dan ombak yang sedang. Anda tinggal memilih, ingin berjemur di atas pasir menikmati terik matahari, membelah ombak dengan papan selancar, ataupun hanya melihat keindahan pantai. Semuanya bisa Anda nikmati begitu tiba di pantai yang berjarak beberapa kilometer dari Pantai Sundak ini.

Pantai Sepanjang merupakan salah satu pantai yang baru dibuka. Nama "Sepanjang" diberikan karena ciri khas pantai ini yang memiliki garis pantai terpanjang di antara semua pantai di Kabupaten Gunung Kidul. Suasana pantai ini sangat alami. Bibir pantai dihiasi tumbuhan palem dan gubug-gubug beratap daun kering. Karang di wilayah pasang surut pantai pun masih terawat. Hempasan ombak masih memantulkan warna biru menandai air laut yang belum banyak tercemar. Dengan suasana itu, tak salah bila pemerintah daerah maupun investor berencana menjadikan pantai ini sebagai Pantai Kuta kedua.

Suasana alami itulah yang menjadikan Pantai Sepanjang lebih dari Pantai Kuta. Sepanjang tidak menawarkan hal-hal klise seperti beach cafe dan cottage mewah, tetapi sebuah kedekatan dengan alam. Buktinya, anda akan tetap bisa menggeledah karang-karang untuk menemukan berbagai jenis kerang-kerangan (Mollusca) dan bintang laut (Echinodermata). Anda juga tetap bisa menemukan limpet di batuan sekitar pantai dan mencerabut rumput laut yang tertanam. Tentu dengan berhati-hati agar tak tertancap duri landak laut. Jelas kan, Anda tak akan menemuinya di Pantai Kuta?

Kebudayaan masyarakat pantai juga masih sangat kental. Tak ada bangunan permanen di pinggir pantai, hanya beberapa gubug yang ditinggali oleh masyarakat setempat. Masih di pinggir pantai, terdapat ladang yang digunakan penduduk untuk menanam kedelai. Pantai yang landai dan langsung diterpa ombak menyebabkan tak ada penduduk yang melaut. Bila melihat ke belakang, akan tampak dua buah bukit yang bagian lerengnya digunakan penduduk setempat untuk menanam jagung sebagai sumber makanan pokok. Tanah di puncak bukit tersebut telah dibeli oleh investor untuk dibangun sebuah villa yang harapannya bisa digunakan sebagai penginapan wisatawan.

Sepanjang juga memiliki situs bersejarah, yaitu Banyusepuh. "Banyu" berarti air dan "sepuh" berarti basuh atau membasuh. Sesuai namanya, tempat yang tadinya berupa mata air ini digunakan untuk membasuh atau memandikan. Penggunanya konon adalah para wali yang biasanya membasuh pusakanya. Situs ini tak akan diketahui keberadaannya bila tak bertanya ke penduduk setempat. Ketika YogYES melihat, situs ini hanya tinggal kubangan kering yang ditumbuhi tanaman liar.

Capek berkeliling, maka istirahatlah. Gubug-gubug yang berada di pinggir pantai biasanya digunakan penduduk untuk menjual makanan dan minuman yang sekiranya cukup untuk melepas lapar dan dahaga. Disediakan pula lincak (tempat duduk yang disusun dari bambu) untuk tempat ngobrol dan menikmati semilirnya angin pantai. YogYES sempat merasakan betapa sejuknya berteduh di bawah gubug. Kalau senja tiba, tengoklah ke barat untuk menyaksikan kepergian matahari. Walau kini belum ada villa, namun penduduk setempat cukup terbuka bila ada yang menginap.

Soal oleh-oleh jika pulang, pengunjung tak perlu berpusing-pusing mencari. Bukankah oleh-oleh tak harus selalu berbentuk makanan? Beberapa penduduk yang tinggal beberapa kilometer dari pantai sudah membuat kerajinan tangan berbahan dasar cangkang kerang-kerangan yang kemudian dipasarkan oleh penduduk pantai. Meski tak sekomersil di Malaysia, kerajinan tangan yang dibuat oleh penduduk cukup bervariasi. Ada kreasi berbentuk kereta kencana, orang-orangan, barong, jepitan, ataupun yang hanya sekedar dikeringkan dan dipendam di dalam pasir. Beberapa di antaranya dilukis sederhana menggunakan cat. Harganya pun tak mahal, cuma Rp 5.000 per biji.

Harga kerajinan yang murah tak berarti bernilai rendah. Kerajinan berbahan dasar Mollusca sebenarnya memiliki nilai historis yang besar. Jika pernah membaca buku ataupun artikel tentang Conchology, Anda akan mengetahui bahwa kerajinan tersebut adalah bentuk kebudayaan maha tinggi yang berkembang di masyarakat pesisir. Orang-orang Hawaii di Amerika Serikat, Kepulauan Melanesia, atapun Maori di Selandia Baru mengembangkan kerajinan serupa. Mereka merangkai cangkang kerang-kerangan menjadi kalung, rok, ikat pinggang, hingga memahat dan melukisnya menjadi seni rupa maha dahsyat.

Apabila uang di dompet sedang mepet, pengunjung dapat mengkoleksi cangkang yang ada di pinggiran pantai. Benda kecil ini dapat menjadi hadiah menarik bila diproses lebih lanjut. Ambil beberapa buah cangkang yang masih utuh kemudian masukkan dalam kantong plastik. Sesampainya di rumah, belilah tembakau atau mint dan campurkan dengan alkohol 90%. Setelah direndam sehari semalam, ambil cangkang dan gosok perlahan. Langkah itu akan menghilangkan lapisan kapur pada cangkang sehingga yang tinggal hanya lapisan tengahnya saja (lapisan prismatik). Gosokan akan membuat warna cangkang lebih cemerlang.