GUNUNG MERAPI MELIHAT PEMANDANGAN DARI KALIURANG



Kaliurang plewang kaki bukit yang terletak selatan dari merapi.sekitar 28km utara Jogja. Daerah ini adalah tempat refresing untuk mereka yang ingin menikmati udara segar dan pepohonan hijau. Sebagai tempat wisata pegunungan, Kaliurang menawarkan akomodasi, villa, bungalow, akomodasi serta fasilitas rekreasi seperti kolam renang, lapangan tenis, dan taman bermain yang dikunjungi banyak orang.

mount_merapi.jpg (image)Kaliurang terutama pada hari libur seperti Pramuka orang-orang muda biasanya berkemah di sana. Bagi mereka yang suka panjat tebing dapat memanjat melalui Kaliurang langsing. Mereka dapat menghabiskan malam di Kaliurang selama peluncuran, kemudianwaktu fajar memanjat melalui desa Kinahrejo rapi dan sampai sekitar malam / sore hari. Ketika cuaca baik, visi yang indah akan panorama hutan yang tertutup plewangan dan Kaliurang, dan sisi hijau desa bahkan dapat dilihat laut biru yang bisa kita lihat Indonesia. Waktu yang paling tepat untuk melihat panorama adalah di pagi hari ketika matahari terbit

wsundak5.jpg (image)Pantai Siung, pantai berpasir memiliki banyak tebing-tebing tinggi



[wsundak5.jpg]

Pantai Siung terletak di sebuah wilayah terpencil di Kabupaten Gunung Kidul, daerah selatan agak Tepus. Jaraknya sekitar 70 km dari pusat kota, atau sekitar 2 jam perjalanan. Menjangkau pantai ini dengan sepeda motor atau mobil pilihan banyak orang, karena sulit
menemukan angkutan umum. Colt atau bis dari kota Wonosari biasanya hanya sampai ke wilayah Tepus, dan bahkan kemudian harus menunggu berjam-jam.

Excellent stamina dan performa kendaraan yang baik adalah modal utama untuk mencapai pantai ini. Dimengerti, banyak tantangan yang harus ditaklukkan, dari lereng, tikungan tajam yang kadang disertai turunan untuk panas yang melanda kulit ketika jalan dikelilingi oleh perbukitan kapur dan ladang-ladang tanaman. Keseluruhan memblokir sejak Pathuk (kecamatan pertama di Gunung Kidul ditemui) ke pantai.

Seolah-olah tidak ada pilihan untuk lari dari tantangan. Jalur Yogyakarta - Wonosari yang berlanjut ke titik Wonosari - Baron dan Baron - Tepus adalah jalur yang paling mudah diakses, jalan telah diaspal mulus dan sempurna. Rute lain melalui Yogyakarta - Imogiri - Gunung Kidul memiliki tantangan yang lebih berat karena banyak jalan yang berlubang, sementara jalur Wonogiri - Gunung Kidul terlalu jauh bila diambil dari kota Yogyakarta.

Sebagai ungkapan, "sakit untuk bersenang-senang terlebih dahulu dan kemudian", yang akan melakukan perjalanan ke Pantai Siung. Kesenangan, kelegaan dan kedamaian baru bisa dirasakan ketika telah mencapai pantai. Biru laut dan pasir putih yang akan membersihkan olahraga memperlakukan lelah.Tersedia sejumlah rumah-rumah kayu di pantai, tempat untuk bersandar dan chatting sambil menikmati pemandangan yang indah.

Salah satu pesona yang menonjol dari Pantai Siung adalah batu. Terumbu karang yang sangat besar di sebelah barat dan timur pantai memiliki peran penting, bukan hanya untuk menambah keindahan dan membatasi pantai lainnya. Karang juga merupakan dasar penamaan pantai, saksi kejayaan wilayah pantai di masa lampau dan pesona yang membuat pantai ini semakin dikenal, setidaknya di wilayah Asia.

Rock di mana penamaan pantai ini berlokasi agak menjorok ke laut. Nama ini diambil dari bentuk batu pantai menurut Wastoyo, seorang sesepuh setempat, menyerupai gigi kera atau Siung Wanara. Hingga kini, batu karang ini masih bisa dinikmati keindahannya, berpadu dengan ombak besar yang kadang-kadang memukul, sampai retak disusuri oleh air laut yang mengalir perlahan, menyajikan sebuah pemandangan dramatis

Monyet tartar yang masih berdiri dari gerusan ombak laut memberikan kontribusi untuk saksi kejayaan wilayah Siung di masa lalu. Menurut cerita Wastoyo, wilayah Siung pada masa para wali menjadi salah satu pusat perdagangan di Gunung Kidul. Tak jauh dari pantai, tepatnya di wilayah Winangun, berdiri sebuah pasar. Di tempat ini pula, berdiam Nyai Kami dan Nyai podi, istri abdi dalem Kraton Yogyakarta dan Surakarta.

Kebanyakan orang waktu Siung profesi sebagai petani garam. Mereka mengandalkan air laut dan garam sebagai kekayaan sumber penghidupan. Garam yang dihasilkan oleh warga Siung ini yang merupakan komoditas utama di pasar Winangun. Meski kaya akan berbagai jenis ikan, tak banyak orang yang berani melaut saat itu. Umumnya, mereka hanya mencari ikan di tepian.

Hal yang secara berangsur-angsur sepi ketika pasar Winangun, menurut cerita Wastoyo, ke Yogyakarta. Pasar bergerak dari Winangun kata di Yogyakarta bernama Jowinangun, Jobo berdiri Winangun atau di luar wilayah Winganun. Warga setempat kehilangan mata pencaharian dan tidak banyak orang yang datang ke wilayah ini. Tidak jelas usaha apa yang diambil penduduk setempat untuk bertahan hidup.

Di tengah-tengah yang tenang, pantai yang indah batu Siung kembali berperan. Sekitar tahun 1989, sekelompok pecinta alam dari Jepang menggunakan tebing batu yang terletak di pantai barat sebagai arena panjat tebing. Kemudian, pada dekade 90-an, kompetisi Asian Climbing Gathering diadakan tebing lagi digunakan sebagai arena perlombaan Pantai Siung. Sejak itu, popularitas Pantai Siung mulai pulih lagi.

Kini, sebanyak 250 jalur pemanjatan di Pantai Siung, memfasilitasi penggemar olah raga panjat tebing. Jalur kemungkinan masih bisa ditambah, melihat aturan dalam rangka untuk melanjutkan garis yang ada dengan izin sebelumnya dari pembuat jalan. Banyak pihak telah memanfaatkan jalur pemanjatan di pantai ini, seperti sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta yang hendak melakukan panjat tebing ketika YogYES mengunjungi pantai ini.

Fasilitas lain juga mendukung kegiatan panjat tebing adalah ground camp yang terletak di pantai timur. Dalam perkemahan ini tanah, tenda-tenda bisa didirikan dan api dapat menyebar untuk melewatkan malam. Terms of use hanya satu, tidak merusak lingkungan dan mengganggu habitat penyu, seperti peringatan tertulis dalam sebuah papan pengumuman yang terletak di kamp tanah yang juga dapat digunakan bagi mereka yang hanya ingin menghabiskan malam.

Tak jauh dari kamp tanah, ada rumah kayu yang dapat digunakan sebagai base camp, sebuah pilihan selain mendirikan tenda. Ukuran base camp cukup besar, cukup selama 10 hingga 15 orang. Bentuk rumah panggung membuat mata semakin leluasa menikmati keeksotikan pantai. Cukup dengan berbicara dengan penduduk setempat, mungkin disertai oleh beberapa dolar, itu base camp dapat digunakan untuk bermalam.

Saat malam atau waktu tenang pengunjung, sekelompok kera ekor panjang akan turun dari puncak tebing ke pantai. Kera ekor panjang sekarang jauh lebih jarang ditemukan di pantai ini. Keberadaan ini kera ekor panjang juga mungkin salah satu alasan mengapa batu karang yang di atasnya nama-nama dipasangkan dengan bentuk gigi kera, bukan jenis hewan lainnya.


Pantai Sepanjang, Pantai Indah Yang Memiliki Sejarah

Bila ingin bernostalgia menikmati nuansa Pantai Kuta tempo doeloe, Pantai Sepanjang adalah tempat yang tepat. Sepanjang memiliki garis pantai yang panjang, pasir berwarna putih yang masih terjaga, dan ombak yang sedang. Anda tinggal memilih, ingin berjemur di atas pasir menikmati terik matahari, membelah ombak dengan papan selancar, ataupun hanya melihat keindahan pantai. Semuanya bisa Anda nikmati begitu tiba di pantai yang berjarak beberapa kilometer dari Pantai Sundak ini.

Pantai Sepanjang merupakan salah satu pantai yang baru dibuka. Nama "Sepanjang" diberikan karena ciri khas pantai ini yang memiliki garis pantai terpanjang di antara semua pantai di Kabupaten Gunung Kidul. Suasana pantai ini sangat alami. Bibir pantai dihiasi tumbuhan palem dan gubug-gubug beratap daun kering. Karang di wilayah pasang surut pantai pun masih terawat. Hempasan ombak masih memantulkan warna biru menandai air laut yang belum banyak tercemar. Dengan suasana itu, tak salah bila pemerintah daerah maupun investor berencana menjadikan pantai ini sebagai Pantai Kuta kedua.

Suasana alami itulah yang menjadikan Pantai Sepanjang lebih dari Pantai Kuta. Sepanjang tidak menawarkan hal-hal klise seperti beach cafe dan cottage mewah, tetapi sebuah kedekatan dengan alam. Buktinya, anda akan tetap bisa menggeledah karang-karang untuk menemukan berbagai jenis kerang-kerangan (Mollusca) dan bintang laut (Echinodermata). Anda juga tetap bisa menemukan limpet di batuan sekitar pantai dan mencerabut rumput laut yang tertanam. Tentu dengan berhati-hati agar tak tertancap duri landak laut. Jelas kan, Anda tak akan menemuinya di Pantai Kuta?

Kebudayaan masyarakat pantai juga masih sangat kental. Tak ada bangunan permanen di pinggir pantai, hanya beberapa gubug yang ditinggali oleh masyarakat setempat. Masih di pinggir pantai, terdapat ladang yang digunakan penduduk untuk menanam kedelai. Pantai yang landai dan langsung diterpa ombak menyebabkan tak ada penduduk yang melaut. Bila melihat ke belakang, akan tampak dua buah bukit yang bagian lerengnya digunakan penduduk setempat untuk menanam jagung sebagai sumber makanan pokok. Tanah di puncak bukit tersebut telah dibeli oleh investor untuk dibangun sebuah villa yang harapannya bisa digunakan sebagai penginapan wisatawan.

Sepanjang juga memiliki situs bersejarah, yaitu Banyusepuh. "Banyu" berarti air dan "sepuh" berarti basuh atau membasuh. Sesuai namanya, tempat yang tadinya berupa mata air ini digunakan untuk membasuh atau memandikan. Penggunanya konon adalah para wali yang biasanya membasuh pusakanya. Situs ini tak akan diketahui keberadaannya bila tak bertanya ke penduduk setempat. Ketika YogYES melihat, situs ini hanya tinggal kubangan kering yang ditumbuhi tanaman liar.

Capek berkeliling, maka istirahatlah. Gubug-gubug yang berada di pinggir pantai biasanya digunakan penduduk untuk menjual makanan dan minuman yang sekiranya cukup untuk melepas lapar dan dahaga. Disediakan pula lincak (tempat duduk yang disusun dari bambu) untuk tempat ngobrol dan menikmati semilirnya angin pantai. YogYES sempat merasakan betapa sejuknya berteduh di bawah gubug. Kalau senja tiba, tengoklah ke barat untuk menyaksikan kepergian matahari. Walau kini belum ada villa, namun penduduk setempat cukup terbuka bila ada yang menginap.

Soal oleh-oleh jika pulang, pengunjung tak perlu berpusing-pusing mencari. Bukankah oleh-oleh tak harus selalu berbentuk makanan? Beberapa penduduk yang tinggal beberapa kilometer dari pantai sudah membuat kerajinan tangan berbahan dasar cangkang kerang-kerangan yang kemudian dipasarkan oleh penduduk pantai. Meski tak sekomersil di Malaysia, kerajinan tangan yang dibuat oleh penduduk cukup bervariasi. Ada kreasi berbentuk kereta kencana, orang-orangan, barong, jepitan, ataupun yang hanya sekedar dikeringkan dan dipendam di dalam pasir. Beberapa di antaranya dilukis sederhana menggunakan cat. Harganya pun tak mahal, cuma Rp 5.000 per biji.

Harga kerajinan yang murah tak berarti bernilai rendah. Kerajinan berbahan dasar Mollusca sebenarnya memiliki nilai historis yang besar. Jika pernah membaca buku ataupun artikel tentang Conchology, Anda akan mengetahui bahwa kerajinan tersebut adalah bentuk kebudayaan maha tinggi yang berkembang di masyarakat pesisir. Orang-orang Hawaii di Amerika Serikat, Kepulauan Melanesia, atapun Maori di Selandia Baru mengembangkan kerajinan serupa. Mereka merangkai cangkang kerang-kerangan menjadi kalung, rok, ikat pinggang, hingga memahat dan melukisnya menjadi seni rupa maha dahsyat.

Apabila uang di dompet sedang mepet, pengunjung dapat mengkoleksi cangkang yang ada di pinggiran pantai. Benda kecil ini dapat menjadi hadiah menarik bila diproses lebih lanjut. Ambil beberapa buah cangkang yang masih utuh kemudian masukkan dalam kantong plastik. Sesampainya di rumah, belilah tembakau atau mint dan campurkan dengan alkohol 90%. Setelah direndam sehari semalam, ambil cangkang dan gosok perlahan. Langkah itu akan menghilangkan lapisan kapur pada cangkang sehingga yang tinggal hanya lapisan tengahnya saja (lapisan prismatik). Gosokan akan membuat warna cangkang lebih cemerlang.


Pesona Alam Kaliurang dan Bangunan Sejarah

Perjalanan menuju kaliurang dari arah Jogja akan mengingatkan kita pada lukisan pemandangan saat masih di taman kanak-kanak. Sebuah gunung dengan jalan di tengahnya serta hamparan hijau yang membentang di kedua sisinya dihiasi dengan rumah penduduk, akan menghilangkan penat dalam bingkai lukisan alam.

Diselimuti angin yang berhembus sejuk, bahkan di saat mentari tepat di atas kepala, kesejukan itu masih terasa. Udara yang menari melewati pepohonan dan turun dengan gemulai, memberi rasa segar ketika menerpa tubuh.

Pemandangan Gunung Merapi memberi sensasi tersendiri di kawasan ini. Bagaikan seorang gadis desa yang menutup tabirnya bila sengaja diperhatikan, gunung ini akan tertutup kabut seolah malu bila sengaja datang untuk melihatnya.

Menyusur sisi barat Bukit Plawangan sejauh 1100 meter, menempuh perjalanan lintas alam, melalui jalan tanah yang diapit pepohonan dan lereng rimbun, deretan 22 gua peninggalan Jepang menjadi salah satu keunikan wisata alam Kaliurang.

Di samping keindahan alamnya, Kaliurang juga mempunyai beberapa bangunan peninggalan sejarah. Diantaranya adalah Wisma Kaliurang dan Pesangrahan Dalem Ngeksigondo milik Kraton yang pernah dipakai sebagai tempat berlangsungnya Komisi Tiga Negara. Atau Museum Ullen Sentalu yang sebagian bangunannya berada di bawah tanah. Museum ini menguak misteri kebudayaan dan nilai-nilai sejarah Jawa, terutama yang berhubungan dengan putri Kraton Yogyakarta dan Surakarta pada abad ke-19.

Kawasan Rekreasi Keluarga

Berjarak 28 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, Kaliurang kini menjadi sebuah kawasan wisata alam dan budaya yang memikat, serta menjadi tempat yang menyenangkan untuk rekreasi keluarga.

Bersantai dengan keluarga, orang tua bisa bersantai sambil mengawasi anak-anak bermain di Taman Rekreasi Kaliurang. Di dalam taman seluas 10.000 meter persegi anak-anak bisa bermain ayunan, perosotan, atau berenang di kolam renang mini. Selain itu di taman yang dihiasi oleh patung jin ala kisah 1001 malam dan beberapa jenis hewan ini, anak-anak juga bisa bermain mini car atau memasuki mulut patung seekor naga yang membentuk lorong kecil dan berakhir di bagian ekornya.

Sekitar 300 meter ke arah timur laut dari taman rekreasi terdapat Taman Wisata Plawangan Turgo. Di kawasan taman wisata ini terdapat kolam renang Tlogo Putri yang airnya berasal dari mata air di lereng Bukit Plawangan. Bermain ayunan atau bercanda bersama keluarga di taman bermain yang berada di dalam taman wisata, rasa lelah akan lebur dalam rimbunnya taman perhutani.

Melangkahkan kaki menyusuri sisi timur, melihat beberapa ekor monyet yang berloncatan dan berayun di dahan, menikmati kicau burung di jalur berbatu susun dan tangga berundak di jalan menanjak sejauh 900 meter; mungkin akan sedikit melelahkan, tetapi pemandangan Gunung Merapi di saat cuaca cerah dari Bukit Pronojiwo, akan menggantikan rasa lelah dengan kekaguman. Pada perjalanan ke puncak Pronojiwo, YogYES sempat adu lari dengan seorang turis asing asal Inggris bernama Nick (47 tahun). Meski memenangkan adu lari, tapi perasaan menyatu dengan suasana alamlah yang paling membahagiakan. Air minum yang dijual oleh wanita penjaja minuman di puncak Pronojiwo bisa melepas rasa dahaga sambil menikmati Merapi yang berdiri tegak di tengah rimbunnya hamparan hijau. Setiap hari libur, Merapi bisa dilihat melalui teropong yang disewakan dengan tarif Rp.3000 selama 30 menit.

Sesampainya kembali di lokasi taman bermain, bersantailah sejenak di Tlogo Muncar. Meredakan letih sambil menikmati air yang terjun di sela-sela bebatuan. Biasanya air akan mengalir dengan deras di musim penghujan.

Jika ingin menikmati pemandangan Kaliurang, para pengunjung bisa berkeliling menggunakan kereta kelinci yang dikenal dengan istilah sepoer. Kendaraan ini biasa mangkal di depan taman wisata yang dipenuhi dengan kios-kios penjaja makanan. Jalur yang dilaluinya mengitari kawasan wisata Kaliurang dari timur ke barat. Melewati gardu pandang yang terletak di sebelah barat, Merapi akan terlihat jelas ketika cuaca cerah. Tarif untuk menaiki kendaraan ini Rp.3.000 per orang jika yang naik minimal tujuh orang. Untuk perjalanan eksklusif, Rp.20.000 akan membuat perjalanan layaknya seorang bangsawan.

Bila ingin merasakan sejuknya angin dan heningnya malam di Kaliurang, berbagai villa, bungalow, pesanggrahan atau pondok wisata bisa menjadi pilihan. Tarifnya juga beragam, mulai dari yang 25 ribuan hingga 200 ribuan. Beberapa penginapan yang bisa anda nikmati, antara lain: Bukit Surya (paling disarankan), Puri Indah Inn (bintang 3), Wisma Sejahtera, dll.

Sebelum pulang pastikan untuk membawa sedikit oleh-oleh yang dijajakan. Mulai dari buah-buahan produksi petani lokal hingga makanan khas yakni tempe dan tahu bacem serta jadah (makanan yang terbuat dari beras ketan dan parutan kelapa).

Hamparan hijau di kaki gunung, udara sejuk dan segala paket kemewahan alamnya, akan meredakan segala kepenatan dan memberikan kesegaran dari hiruk pikuknya perkotaan

href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMUHAMM%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml">teagainstschemas/> false false false EN-US X-NONE X-NONE

Malioboro Yogyakarta


Saat matahari mulai terbenam, ketika lampu-lampu jalan dan pertokoan mulai dinyalakan yang menambah indahnya suasana Malioboro, satu persatu lapak lesehan mulai digelar. Makanan khas Jogja seperti gudeg atau pecel lele bisa dinikmati disini selain masakan oriental ataupun sea food serta masakan Padang. Serta hiburan lagu-lagu hits atau tembang kenangan oleh para pengamen jalanan ketika bersantap.

Bagi para wisatawan yang ingin mencicipi masakan di sepanjang jalan Malioboro, mintalah daftar harga dan pastikan pada penjual, untuk menghindari naiknya harga secara tidak wajar.

Mengunjungi Yogyakarta yang dikenal dengan "Museum Hidup Kebudayaan Jawa", terasa kurang lengkap tanpa mampir ke jalan yang telah banyak menyimpan berbagai cerita sejarah perjuangan Bangsa Indonesia serta dipenuhi dengan beraneka cinderamata. Surga bagi penikmat sejarah dan pemburu cinderamata.

Berbelanja di Malioboro

Salah satu jalan paling terkenal di Yogyakarta, Malioboro dipenuhi pedagang dan toko yang menjual barang antik maupun suvenir menarik dengan harga yang relatif murah.

Cara Mencapai Daerah Ini

Dari Stasiun Tugu, Malioboro dapat dicapai dengan berjalan kaki atau dengan naik becak.

Tempat Menginap

Berbagai hotel dan penginapan di seluruh penjuru Yogya. Untuk membuat sesi belanja Anda lebih menyenangkan, menginaplah di hotel-hotel yang terletak di Jalan Malioboro.

Berkeliling

Jalan kaki.

Buah Tangan

  • Batik yang diolah menjadi bermacam-macam barang tersedia di sini. Dari daster sampai kemeja batik resmi untuk laki-laki, semua dapat ditemukan di Malioboro. Batik dapat juga dijadikan tas, taplak, seprei, sarung bantal, gorden, dan sebagainya. Apabila Anda membeli batik cetakan, cuci terpisah. Gunakan lerak (dijual di Malioboro) atau detergen yang lembut untuk mencucinya.
  • Kerajinan perak dapat ditemukan di sini.
  • Berbagai benda dari kayu, logam, plastik juga tersedia.
  • Cobalah kue tradisional-misalnya, bakpia. Rasanya manis dan lezat.

Yang Dapat Anda Lihat Atau Lakukan

Berbelanja di Pasar Bering Harjo. Mengunjungi Kraton atau Taman Sari.

Tips

  • Malioboro biasanya dipenuhi oleh para pengunjung dan penduduk setempat, perhatikan baik-baik barang bawaan Anda.
  • Untuk barang-barang dengan kualitas lebih baik, kunjungi toko Mirota di Malioboro.
  • Jangan lupa menawar!
  • Bawa ransel atau tas besar untuk membawa belanjaan Anda.
Upload Foti By:
http://otakiphan.files.wordpress.com/2008/05/p44051467ea35f.jpg

Candi Sambisari

Candi Sambisari diperkirakan dibangun antara tahun 812 - 838 M, kemungkinan pada masa pemerintahan Rakai Garung. Kompleks candi terdiri dari 1 buah candi induk dan 3 buah candi pendamping. Terdapat 2 pagar yang mengelilingi kompleks candi, satu pagar telah dipugar sempurna, sementara satu pagar lainnya hanya ditampakkan sedikit di sebelah timur candi. Masih sebagai pembatas, terdapat 8 buah lingga patok yang tersebar di setiap arah mata angin.
Bangunan candi induk cukup unik karena tidak mempunyai alas seperti candi di Jawa lainnya. Kaki candi sekaligus berfungsi sebagai alas sehingga sejajar dengan tanah. Bagian kaki candi dibiarkan polos, tanpa relief atau hiasan apapun. Beragam hiasan yang umumnya berupa simbar baru dijumpai pada bagian tubuh hingga puncak candi bagian luar. Hiasan itu sekilas seperti motif-motif batik.
Menaiki tangga pintu masuk candi induk, anda bisa menjumpai hiasan berupa seekor singa yang berada dalam mulut makara (hewan ajaib dalam mitologi Hindu) yang menganga. Figur makara di Sambisari dan merupakan evolusi dari bentuk makara di India yang bisa berupa perpaduan gajah dengan ikan atau buaya dengan ekor yang membengkok.


sumber: http://www.javatoursandtravel.co.id

Candi Pawon yang berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur. Candi Pawon adalah nama sebuah candi. Candi Pawon dipugar tahun 1903. Nama Candi Pawon tidak dapat diketahui secara pasti asal-usulnya. J.G. de Casparis menafsirkan bahwa Pawon berasal dari bahasa Jawa Awu yang berarti abu, mendapat awalan pa dan akhiran an yang menunjukkan suatu tempat. Dalam bahasa Jawa sehari-hari kata pawon berarti dapur, akan tetapi De Casparis mengartikan perabuan. Penduduk setempat juga menyebutkan candi Pawon dengan nama Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari kata Sansekerta vajra = "halilintar" dan anala = "api".
Di dalam bilik candi ini sudah tidak ditemukan lagi arca sehingga sulit untuk mengidentifikasikannya lebih jauh. Suatu hal yang menarik dari Candi Pawon ini adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari (mahluk setengah manusia setengah burung/berkepala manusia berbadan burung). Letak Candi Pawon ini berada di antara candi Mendut dan candi Borobudur, tepat berjarak 1750 meter dari candi Borobudur dan 1150 m dari Candi Mendut.

http://www.javaexplore.co.cc

Candi Kalasan Yogyakarta

candi-kalasan


CANDI KALASAN ini terletak 50 meter di sebelah selatan Jalan Yogya – Solo, tepatnya di Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman DIY.

Bangunan candi yang mempunyai tinggi 34 meter, panjang dan lebar 45 meter ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian bawah atau kaki candi,tubuh candi dan atap candi. Bagian terbawah candi merupakan kaki candi yang berdiri di sebuah alas batu yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 45 meter dan sebuah batur lebar. Di bagian ini terdapat tangga masuk yang dihiasi dengan makara di bagian ujung tangga. Di sekeliling kaki candi terdapat hiasan sulur-suluran yang keluar dari sebuah pot bunga atau jambangan.

Tubuh candi berbentuk bujur sangkar dengan beberapa penampilan yang menjorok keluar di tengah sisinya. Pada bagian tenggara terdapat bilik yang dapat dimasuki melalui bilik penampil sisi timur. Di dalam bilik tersebut terdapat singgasanabersandaran yang dihiasi pola singa yang berdiri di atas punggung seekor gajah. Pada bagian luar tubuh candi terdapat relung yang dihiasi figur tokoh dewa dalam posisi berdiri dengan memegang bunga teratai.

Pada setiap pintu masuk, dari sisi utara dan selatan, terdapat hiasan kala. Di bagian jengger terdapat hiasan kuncup-kuncup bunga, daun-daunan dan sulur-suluran. Bagian atas dihiasi pohon dewata dan lukisan awan beserta penghuni khayangan yang sedang memainkan bunyi-bunyian diantaranya pembawa gendang, rebab, kerang dan camara. Bagian atap candi terdapat kubus yang dianggap sebagai kemuncak Gunung Semeru yang disekitarnya terdapat beberapa stupa.

Batas antara atap dan tubuh candi terdpat hiasan bunga makhlukkayangan yang berbadan kerdil disebut gana. Bagian atap candi ini berbentuk segi delapan dan terdiri dua tingkat. Pada masing-masing sisi di tingkat pertama terdapat arca Budha yang melukiskan manusia Budha dan di tingkat dua melukiskan Yani Budha. Misalnya Yani Budha Ratnasembawa yang berada di sisi selatan. Bagiana puncak kemungkinan berupa stupa, tetapi tidak berhasil direkonstruksi kembali karena banyak batu yang sudah hilang.

Di sekeliling candi terdapat stupa dengan tinggi kurang lebih 4,60 dan berjumlah 52 buah. Stupa-stupa tersebut tidak dapat dibangun kembali karenasudah banyak batu yang hilang. Keistimewaan candi ini adalah pada permukaan batu terdapat lapisan yang disebut Brajalepha.

Candi Kalasan merupakan peninggalan Budha yang tertua di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah sebagai persembahan kepada Dewi Tara. Pembangunan candi dapat diketahui dari Prasasti Candi tahun 700 Saka atau 778 Masehi berhuruf Penagari dan berhuruf Sanskerta yang menyebutkan bahwa pendirian candi ini bermula dari usulan Para Guru Sang Raja yang kemudian berhasil membujuk Raja Tejahpurna Parapkarana (Kariyana Panangkara), mustika Keluarga Syailendra (Syailendra Wangsatikala), untuk membangun sebuah bangunan suci bagi dewatara dan sebuah biara bagi para pendheta. Kemudian raja menghadiahkan Desa Kalasan kepada para biara dan tahun 778 Masehi dianggap sebagai tahun pembuatan Candi Kalasan.

http://wikipedia.co.id

http://kaskus.us

Pengantar
Candi Mendut terletak di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi Mendut merupakan candi yang terletak paling timur dari garis lurus tiga serangkai percandian (Borobudur, Pawon, Mendut). Candi yang terletak sekitar 3 kilometer arah timur dari Candi Borobudur ini merupakan candi yang bersifat Budhistis1 yang dibangun oleh Raja Indra dari wangsa Syailendra. Namun, kapan tepatnya candi ini didirikan oleh Raja Indra belum dapat diketahui secara pasti. Seorang arkeolog Belanda menyebutkan bahwa di dalam prasasti yang ditemukan di Desa Karangtengah bertarikh 824 Masehi, menyatakan bahwa Raja Indra telah membangun sebuah bangunan suci bernama Venunava yang berarti hutan bambu. Dan, jika hal ini benar, maka Candi Mendut diperkirakan didirikan sekitar tahun 824 Masehi.
Candi Mendut yang terbuat dari batu andesit dengan luas bangunan secara keseluruhan adalah 13,7x13,7 dan tinggi 26,4 meter baru ditemukan oleh arkeolog Belanda pada tahun 1836. Kemudian, pada tahun 1897 dan 1904 pada bagian tubuh candi direnovasi, namun hasilnya kurang memuaskan. Baru pada tahun 1908 candi dipugar kembali hingga ke bagian puncaknya. Dan, pada tahun 1925 sejumlah stupa yang telah dirapikan, dipasang dan disusun kembali.
Pada bagian dalam bangunan candi terdapat ruangan yang berisi altar tempat tiga arca Budha yang masih dalam kondisi baik. Ketiga arca tersebut mulai dari yang paling kiri adalah Bodhisattva Vajravani, Budha Sakyamuni dalam posisi duduk bersila dengan tangan memutar roda dharma, dan Bodhisattva Avalokitesvara dalam posisi sedang memegang bunga teratai yang diletakkan di atas telapak tangannya. Saat ini, di depan arca-arca tersebut dipasang sebuah pagar besi untuk menghindari interaksi pengunjung yang berlebihan.
Ragam hias bangunan
Bangunan Candi Mendut mempunyai banyak ragam hias atau relief, mulai dari kaki, tubuh hingga atapnya. Berikut ini adalah uraian tentang relief-relief tersebut. Pada sayap tangga, terdapat relief seekor kura-kura yang sedang diterbangkan oleh dua ekor angsa. Cara menerbangkannya adalah dengan menggunakan tongkat yang dicengkram pada bagian ujungnya oleh seekor angsa, sementara sang kura-kura menggigit bagian tengah tongkat tersebut. Saat berada di udara, banyak orang yang melihat dan mencemooh ulah kedua jenis binatang itu. Karena tidak tahan mendengar olokan, maka kura-kura melepaskan gigitannya sehingga jatuh ke tanah dan akhirnya mati. Selain itu, di sayap tangga juga terdapat relief yang melukiskan kisah tentang seorang Brahmana yang menyelamatkan seekor ketam/kepiting dari gangguan burung dan ular.
Pada kaki candi terdapat hiasan kahyangan (sorga), sebuah relief yang menggambarkan seorang laki-laki sedang duduk dikelilingi bunga dan daun-daunan yang distilir dan relief seekor kera sedang duduk di atas punggung buaya yang dihias dengan bunga-bungaan di sekitarnya. Pada dinding candi sebelah luar terdapat relief Dewi Tara yang sedang duduk bersemedi di bawah pohon kalpataru dan relief Sang Budha yang sedang berdiri di antara pilar-pilar dan berlindung di bawah payung.
Pintu masuk ke candi dihiasi dengan relief kalpataru. Kalpataru berasal dari bahasa Sanskerta. Istilah ini merupakan gabungan antara kata “kalpa” dan “taru”. “Kalpa” berarti “keinginan” atau “pengharapan” dan “taru” berarti “pohon”. Jadi, kalpataru dapat diartikan sebagai “pohon pengharapan”. Komponen kalpataru yang lengkap terdiri dari enam unsur, yaitu: pohon, hewan pengapit, vas/jambangan bunga, untaian manik-manik atau mutiara, chattra/payung dan burung. Sedangkan, di dalam ruangan candi terdapat sebuah relief Hariti. Hariti adalah nama raksasi yang sering memangsa anak kecil. Namun, setelah mendapat ajaran kebaikan dari Resi Gautama, ia menjadi raksasi yang baik, tidak lagi memakan anak-anak dan bahkan menjadi pelindung atau ibu asuh. Selanjutnya, Hariti sering mendapat sebutan sebagai Dewi Kesuburan.
Relief lain yang mirip dengan Hariti terdapat pada dinding bagian selatan, yaitu Yaksa Atavaka. Sama seperti Hariti, Yaksa Atavaka adalah raksasa yang suka memakan orang. Namun, setelah menjadi pengikut Sang Budha dan mengetahui ajaran-ajarannya, ia berubah menjadi raksasa yang baik dan tidak buas lagi. Relief Yaksa Atavaka digambarkan sedang duduk di atas singgasana yang di bawahnya terdapat pundi-pundi berisi uang dan dikelilingi oleh anak-anak. Yaksa sering disebut dengan Kuvera atau Dewa Kekayaan.

Foto:
http://upload.wikimedia.org

Sumber:
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1994. Khasanah Budaya Nusantara V. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http://www.yogyes.com
http://navigasi.net
http://www.wawasandigital.com
1 Sifat-sifat Budhistis pada Candi Mendut terlihat dari ukiran dan ragam hias bangunan yang berbentuk seperti genta dan arca-arca yang ada di dalamnya.

Prambanan Candi Terindah Yang Di Miliki Oleh Indonesia





Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.

Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.

Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.

Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.

Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.

Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).

Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.

Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.

Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.

Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.

Nah, masih banyak lagi yang bisa digali di Prambanan. Anda tak boleh jemu tentunya. Kalau pun akhirnya lelah, anda bisa beristirahat di taman sekitar candi. Tertarik? Datanglah segera. Sejak tanggal 18 September 2006, anda sudah bisa memasuki zona 1 Candi Prambanan meski belum bisa masuk ke dalam candi. Beberapa kerusakan akibat gempa 27 Mei 2006 lalu kini sedang diperbaiki.

Naskah: Yunanto Wiji Utomo
Photo: PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu-Boko
Peta & Artistik: Sutrisno

http://yogyes.com
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/prambanan/




Candi Prambanan Dikunjungi 84.000 Pelancong

Artikel Terkait:
Sabtu, 26 September 2009 | 18:06 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Taman Wisata Candi Prambanan di perbatasan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, selama masa libur Lebaran hingga Sabtu siang dikunjungi sekitar 84.000 orang.

"Jumlah pengunjung hari ini sudah menurun dibanding hari sebelumnya, meskipun di Area Shiwa Taman Wisata Candi Prambanan digelar pentas ’Dangdut Happy’ dengan menampilkan sejumlah penyanyi KDI (Kontes Dangdut Indonesia)," kata Kepala Unit Taman Wisata Candi Prambanan, Bambang Bandono, Sabtu (26/9).

Ia memperkirakan jumlah pengunjung akan meningkat kembali pada Minggu (27/9), karena saat itu merupakan hari terakhir masa libur Lebaran 2009.

"Jika selama libur Lebaran tahun lalu sekitar 90 ribu orang mengunjungi Taman Wisata Candi Prambanan, pada Lebaran tahun ini diperkirakan jumlah pengunjung juga sama dengan tahun lalu," katanya.

Perhatian utama pengunjung melihat kondisi bangunan kompleks Candi Prambanan, sehingga mereka setelah membeli tiket masuk langsung menuju kompleks candi. "Pengunjung langsung menuju ke kompleks bangunan candi, namun tidak semua candi bisa dimasuki, karena masih dalam proses renovasi setelah mengalami kerusakan akibat gempa bumi pada 27 Mei 2006," katanya.

Selama musim libur Lebaran tahun ini, pengelola memberikan hiburan kepada pengunjung berupa atraksi kesenian rakyat di antaranya "jatilan" (semacam kuda lumping), "cokekan", musik campursari dan keroncong, serta "klenengan" (musik gamelan).

Selain itu, sebelum menuju bangunan candi, pengunjung disambut dengan penampilan para badut, serta tarian tradisional maupun penari sendratari Ramayana. Bahkan pengunjung diberi kesempatan untuk foto bersama dengan para penari tokoh cerita dalam sendratari Ramayana yang pentas rutin di panggung terbuka Taman Wisata Candi Prambanan.

"Penyajian atraksi kesenian tersebut selain bertujuan menghibur pengunjung, juga agar tidak semua pengunjung terfokus pada bangunan candi," kata Bambang.

Pada libur Lebaran tahun ini, harga tiket masuk Taman Wisata Candi Prambanan Rp 20.000 setiap orang, atau naik dari biasanya Rp15.000 per orang. Tiket seharga itu sudah termasuk untuk biaya masuk museum arkeologi di Prambanan.

"Kami juga menyediakan paket wisata dari Candi Prambanan mengunjungi situs Istana Ratu Boko dengan tarif Rp 30.000 per orang," katanya. Dengan paket ini, wisatawan setelah puas mengunjungi Candi Prambanan, diantar ke situs Istana Ratu Boko dengan kendaraan yang disediakan pengelola taman wisata ini secara gratis.

Candi Prambanan yang lokasinya 17 kilometer ke arah timur dari Kota Yogyakarta itu, berada di tepi jalan raya Yogyakarta - Solo. Candi tersebut merupakan kompleks bangunan candi Hindu yang dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi.


http://regional.kompas.com/read/xml/2009/09/26/18062974/candi.prambanan.dikunjungi.84.000.pelancong.

Candi Borobudur




Candi Borobudur

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

Nama Borobudur

Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya “gunung” (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudurborobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah “tinggi”, atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti “di atas”. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi. berasal dari ucapan “para Buddha” yang karena pergeseran bunyi menjadi

Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan, pendiri Borobudur adalah raja dari dinasti Syailendra bernama Samaratungga sekitar 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.

Struktur Borobudur

Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.

Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau “nafsu rendah”. Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur tambahan itu disisihkan sehingga orang masih dapat melihat relief pada bagian ini.

Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk-ceruk dinding di atas ballustrade atau selasar.

Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.

Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini, diduga dulu ada sebuah patung penggambaran Adibuddha. Patung yang diduga berasal dari stupa terbesar ini kini diletakkan dalam sebuah museum arkeologi, beberapa ratus meter dari candi Borobudur. Patung ini dikenal dengan nama unfinished Buddha.

Di masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.

Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala

Relief

Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain ada relief-relief tentang wiracaritaRamayana. Ada pula relief-relief cerita j?taka.

Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur disetiap tingkatnya, mulainya disebelah kiri dan berakhir disebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Tahapan pembangunan Borobudur

* Tahap pertama

Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.

* Tahap kedua

Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.

* Tahap ketiga

Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.

* Tahap keempat

Ada perubahan kecil seperti pembuatan relief perubahan tangga dan lengkung atas pintu.
Penemuan dan pemugaran Borobudur
Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.

* 1873 – monografi pertama tentang candi diterbitkan.

* 1900 – pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.

* 1907 – Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.

* 1926 – Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.

* 1956 – pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.

* 1963 – pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.

* 1968 – pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.

* 1971 – pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
* 1972 – International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya ditanggung Indonesia.

* 10 Agustus 1973 – Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984

* 21 Januari 1985 – terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali.

* 1991 – Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.

Sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia, Candi Borobudur dibangun dengan menggunakan +/- 55.000 m3 batu. Tinggi bangunan ini sampai kepuncak adalah 42m, dengan lebar dasar 123 m. Tegak dan kokoh menjulang keangkasa dan merupakan bagian dari sejarah yang telah berumur 12 abad. Kapan pastinya candi ini didirikan tidak diketahui dengan pasti. Tidak adanya bukti-bukti tertulis menyebabkan Borobudur penuh kegelapan. Penentuan umur dilakukan dengan memperhatikan dasar corak bangunan candi dan ukir-ukirannya yang menunjukkan corak Jawa tengah abad 8 masehi.

Sejak dibangun pada abad ke 8, sejarah borobudur timbul tenggelam. Setelah selesai dibangun, borobudur menjadi pusat penelitian dan pemngembangan agama budha. Para pemeluk agama ini, mengunjungi Borobudur untuk mempelajari agama budha. Seluruh rangkaian relief borobudur berisi ajaran-ajaran agama budha. Pada jaman itu bangunan borobudur menjadi pusat perhatian dan dipuja sebagai bangunan yang suci.

Namun itu tidak berlangsung lama. Bersamaan dengan surutnya agama budha, borobudur ditinggal para pemeluknya. Setelah dinasti Cailendra (Caila=gunung, Indra=raja) lenyap, borobudur tak ada kabar beritanya. Berabad-abad borobudur tertutup kegelapan. Tidak ada tulisan ataupun berita tentang borobudur.

Arsitektur candi Borobudur memang sangat menarik, terdiri dari tiga bagian utama yakni kaki, badan dan kepala candi. Pada dinding-dinding borobudur terpahat relief-relief. Relief merupakan rangkaian cerita yang dilukiskan dalam satu bingkai (panel) untuk satu adegan. Terdapat ribuan bingkai pada candi ini ditambah dengan ratusan patung budha yang terdapat dalam stupa-stupa maupun relung-relung yang ada pada bagian dinding candi.


JENIS TANAMAN PANGAN PADA RELIEF CANDI BOROBUDUR

Posted in March 4th, 2008

by admin in Hasil Studi/Kajian

Jenis tanaman pangan yang terdapat pada relief Candi Borobudur terdiri dari dua jenis tanaman yaitu tanaman pertanian basah dan tanaman pertanian kering. Jenis tanaman pertanian basah yaitu tanaman padi, sedangkan jenis tanaman pertanian kering terdiri dari nangka, sukun, pisang, mangga, tebu, jagung, aren, dan jagung.

Relief tanaman pangan yang dimaksud adalah tanaman pangan yang dikomsumsi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik dimakan maupun diminum. Masyarakat Jawa Kuno khususnya masyarakat pendukung Candi Borobudur telah mempunyai kemampuan membudidayaan tanaman pangan. Hal ini ditunjang oleh data pada relief Candi Borobudur yang menggambarkan berbagai jenis tanaman pangan. Selain itu terdapat dua relief yang sedang melakukan aktivitas pertanian membajak dan membawa hasil panen. Petunjuk ini membuktikan bahwa masyarakat pendukung Candi Borobudur telah mengenal pertanian persawahan.

Berdasarkan tinjauan etnografis, diperoleh gambaran mengenai sistem pertanian basah dan kering yang terdiri dari beberapa tahap yaitu teknik pengolahan tanah, tahap penanaman dan pemeliharaan, tahap memanen dan mengolah hasil panen, dan upacara ritual untuk menunjang keberhasilan dari pertanian tersebut. Dari tinjauan etnografis tersebut diperoleh garis kesinambungan bahwa sistem pertanian baik secara basah maupun kering telah dilakukan oleh masyarakat Jawa Kuno, khususnya masyarakat pendukung Candi Borobudur, dan berkelanjutan sampai pada masyarakat sekarang ini. Berdasarkan hal tersebut jenis tanaman pangan pada relief Candi Borobudur memberikan gambaran mengenai lingkungan di sekitar Borobudur.

Studi Arkeologi
Tim Studi : Wiwit Kasiyati, S.S, Drs. Muhammad Taufik, Ni Wayan Herawathi, S.S, Suparno, Suparjiono 2000 Balai Konservasi Peninggalan Borobudur

FASILITAS

Posted in March 4th, 2008

Balai Konservasi Peninggalan Borobudur memiliki beberapa falisitas, anta lain :

Perpustakaan

Perpustakaan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur memiliki koleksi kurang lebih 4.283 buku yang terdiri dari 1.287 judul buku dan 4.084 buku koleksi arsip Proyek Pemugaran Candi Borobudur. Buku-buku koleksi perpustakaan tersebut mengupas tentang Borobudur yang meliputi kajian tentang sejarah, arkeologi, arsitektur, konservasi, geologi dan fotografi. Selain itu terdapat juga koleksi buku-buku ilmu murni meliputi Fisika, Biologi dan Kimia. Sesuai dengan tugas dan fungsinya melakukan penelitian, di perpustakaan ini terdapat buku hasil penelitian/studi serta skripsi hasil penelitian mahasiswa dari perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Laboratorium Kimia

Laboratorium kimia bertugas melaksanakan analisis sampel yang berkaitan dengan konservasi benda cagar budaya. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia sampel padat dan kadar senyawa kimia dalam air/larutan. Sampel yang dapat dianalisis meliputi batu, bata, tanah, logam, keramik, kayu, endapan garam, dan material bcb lainnya. Selain itu juga sampel air yang meliputi air tanah, air hujan, air sumur, dan air buangan pencucian. Analisis sampel padat dilakukan dengan analisis proksimat melalui proses destruksi thermal pada 900oC dilanjutkan dengan pelarutan menggunakan HCl encer. Parameter yang dapat dianalisis meliputi kadar silika, kalsium, aluminium, magnesium, besi, tembaga, timbal, seng, natrium, sulfat, klorida, karbonat, kandungan organik, nitrogen/protein dan beberapa parameter lainnya.

Parameter analisis lain yaitu kualitas air yang meliputi pH, kondiktivitas (daya hantar listrik), turbiditas (kekeruhan), nilai permanganat, COD, asiditas/ alkalinitas, kesadahan, padatan, kandungan kation dan anion, dan lain-lain. Analisis yang dilakukan menggunakan metode gravimetri, titrimetri, spektrofotometri, dan instrumental lain. Peralatan yang dimiliki adalah instrumentasi laboratorium yang meliputi spektrofotometer, flamefotometer, pH-meter, turbiditymeter, dan conductivitymeter. Selain itu juga peralatan analisis lain meliputi mikroburet, mikrokjehldahl apparatus, dan neraca analitis (ketelitian 0,0000 g). Peralatan penunjang lain meliputi Muffle furnace, hot plate-stirrrer, auto-shaker, centrufuge, lemari asam, heater, oven, krusibel platina, dan berbagai perangkat alat analisis dari gelas. Sarana yang ada meliputi ruang analisis, ruang administrasi dan gudang penyimpanan bahan kimia.

Laboratorium Mikrobiologi

Laboratorium ini dikhususkan untuk melakukan penelitian dan upaya penanganan kerusakan bcb yang disebabkan oleh faktor biologis, baik bcb yang berbahan batu, bata, dan kayu. Kerusakan bcb yang disebabkan oleh faktor biologis antara lain oleh lumut, algae, lichen, jamur, dan bakteri. Upaya penanganan kerusakan meliputi membasmi jasad yang sudah tumbuh dan mencegah pertumbuhan kembali organisme perusak

Penelitian yang dilakukan antara lain : meneliti karakter kerusakan bcb yang disebabkan oleh faktor biologis, mengidentifikasi organisme perusak dengan menggunakan berbagai metode analisa, pengujian biossay untuk mencari bahan yang sekiranya dapat digunakan untuk memberantas jasad perusah tersebut, penelitian untuk mengontrol keamanan penggunaan bahan kimia dalam membasmi jasad perusak.

Laboratorium mikrobiologi dilengkapi fasilitas antara lain : ruang laboratorium, green house, mikroskop binokuler, autoclave, oven, serta peralatan lainnya.

Laboratorium Petrografi

Laboratorium Petrografi Balai Konservasi Peninggalan Borobudur bertugas untuk melakukan pengujian dan analisis sampel seperti batu, bata, plaster, tanah dan lain-lain. Sampel tersebut bisa berasal dari Candi Borobudur, benda cagar budaya dari dalam dan luar negeri dan instansi lain yang membutuhkan. Di samping itu juga melakukan pengujian bahan-bahan konservasi sebelum bahan tersebut diaplikasikan pada material benda cagar budaya seperti Candi Borobudur, baik itu bahan yang baru sama sekali atau bahan yang telah pernah dipakai sebelumnya. Berikut ini adalah uraian singkat kemampuan Laboratorium Petrografi Balai Konservasi Peninggalan Borobudur.

1). Kemampuan Analisis : Analisis sifat fisik dan petrografi

Tanah : jenis, warna, berat jenis, struktur, kadar air, permeabilitas, batas konsistensi, distribusi butiran, dan petrologi

Batu : jenis, warna, berat jenis, densitas, kandungan air, porositas, tension, tekstur, struktur, kekerasan, jenis dan komposisi mineral

Bata : warna, tekstur, struktur, kekerasan, tension, komposisi, DTA

Gerabah : warna, tekstur, struktur, kekerasan, komposisi, DTA

Keramik : warna, tekstur, struktur, kekerasan, komposisi, DTA, glazur

Plaster : warna, tekstur, struktur, kekerasan, komposisi, berat jenis, densitas, kandungan air, porositas

Pengujian konservan : warna, berat jenis, derajat kekentalan, waktu kental, waktu kering, waktu mengeras, tension, kuat geser, plastisitas, elastisitas, waktu perubahan bentuk

2) Alat yang dimiliki : Universal Testing Machine (menentukan kuat tekan, tension), Compression strengh (menentukan kuat tekan), Helium porosimeter (menentukan porositas), Analitical balance (menimbang sampel), Mikroskop binokuler (melihat tekstur sampel)

Laboratorium SEM (Scanning Electron Microscope)

1) Kemampuan Analisis : Analisis mikrostruktur

2) Alat yang dimiliki : Mikroskop elektron (menentukan mikrostruktur sampel padat), Ultra cut (memotong sampel), Gerinda (menghaluskan sampel), Ion scutter (melapisi sampel dengan carbon atau emas)

Green House

Green house merupakan salah satu sarana pelengkap untuk melakukan analisis mikrobiologi dan fisik. Dengan adanya fasilitas ruang isolasi, alat pencatat data iklim, bak penguapan, shower, dan lain-lain, dapat melakukan simulasi terhadap kondisi iklim mikro yang berbeda-beda dan membuat simulasi efek air terhadap material dengan cara membuat tetesan air buatan.

Laboratorium Lapangan

1) Percobaan kapilarisasi air pada bangunan bata, tujuan dari percobaan ini: mengetahui dampak negatif kapilarisasi air pada bangunan bata; menentukan model bangunan bata yang paling efektif untuk mengatasi pengaruh kapilarisasi air.

Model percobaan : 5 buah konstruksi bata

2) Percobaan teknik pengerjaan bahan pemugaran candi bata, tujuan dari percobaan ini: mengetahui proses dan jenis kerusakan/pelapukan yang terjadi pada tiap model miniatur bangunan bata; mengetahi efektifitas tiap teknik pengerjaan bahan pemugaran terhadap kerusakan/pelapukan bata; menentukan teknik teknik pengerjaan bahan pemugaran candi bata yang terbaik.

Model percobaan : 4 buah miniatur candi bata 3) Stasiun klimatologi Manual, tujuan : mengetahui kondisi iklim baik secara mikro maupun makroklimatologi, seperti: suhu udara, kelembapan udara, arah dan kecapatan angin, penguapan, curah hujan, dan lain-lain

4) Automatic weather System (AWS)

Fotogrammetri

Fotogrammetri adalah suatu metode pengukuran dan penggambaran dengan menggunakan foto. Perekaman data obyek dilakukan dengan foto stereo, dimana pada obyek dipasangi titik-titik kontrol yang diukur posisinya. Pengukuran/penggambaran obyek dilakukan dengan stereo flotter yang diawali dengan pemantauan formasi model sesuai dengan skala yang dikehendaki. Pada awalnya fotogrammetri digunakan untuk pemetaan, yaitu pemotretan dari udara. Oleh karena metode ini memiliki akurasi yang tinggi, maka kemudian dikembangkan keberbagai keperluan seperti arsitektur, perindustrian, medis dan lain-lain. Demikian juga peralatannya, juga berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi. Fotogrammetri yang ada di Balai Studi dan Konservasi Borobudur selain digunakan untuk kepentingan pengukuran dan penggambaran yang berkaitan dengan Candi Borobudur juga untuk benda cagar budaya lainnya yang ada di Indonesia.

Kegiatan Pelestarian

Pembersihan lumut……

Pembersihan endapan garam…..

Pembersihan dengan steam cleaner…..

Pengolesan mosonceal (water repellent)…..

BALAI KONSERVASI PENINGGALAN BOROBUDUR
Visi dan Tantangan Ke Depan

Balai Konservasi Peninggalan Borobudur merupakan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Berdirinya Balai Konservasi Peninggalan Borobudur tidak lepas dari Proyek Pemugaran Candi Borobudur tahun 1973 – 1983. Untuk menangani Candi Borobudur yang telah selesai dipugar memerlukan perawatan, pengamatan dan penelitian terus menerus. Oleh karena itu, maka pada tahun 1991 berdirilah Balai Studi dan Konservasi Peninggalan Borobudur. Pada tahun 2006 berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.40/OT.001/MKP-2006 tanggal 7 September 2006 berubah namanya menjadi Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Sebenarnya pada awalnya merupakan bentuk lain dari Centre for Borobudur Studies. Fungsinya sebagai pusat pendidikan dan pelatihan tenaga teknis dalam bidang konservasi dan pemugaran. Beberapa fasilitas pendukung dan tenaga teknis yang menguasai bidang pelestarian, khususnya pemugaran dan konservasi, mengantarkan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur menjadi pelaksana pelatihan tenaga teknis konservasi dan pemugaran untuk institusi tingkat nasional dan internasional. Di samping itu Balai Konservasi Peninggalan Borobudur juga membantu konservasi peninggalan sejarah dan purbakala di seluruh Indonesia, bahkan di negara Asia Tenggara.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : PM.40/OT.001/MKP-2006 tanggal 7 September 2006, Balai Konservasi Peninggalan Borobudur mempunyai tugas pokok melaksanakan kajian di bidang konservasi, teknik sipil, arsitektur, geologi, biologi, kimia, arkeologi, dan melaksanakan pelatihan tenaga teknis konservasi serta perawatan Borobudur dan peninggalan purbakala lainnya. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Balai Konservasi Peninggalan Borobudur mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Pelaksanaan kajian bidang konservasi, teknik sipil, arsitektur, geologi,
biologi, kimia, dan arkeologi di lingkungan Candi Borobudur serta
peninggalan purbakala lainnya
2. Pelaksanaan dan pemanfaatan hasil kajian bidang konservasi, teknik sipil,
arsitektur, geologi, biologi, kimia, dan arkeologi di lingkungan Candi
Borobudur serta peninggalan purbakala lainnya
3. Pelaksanaan pelayanan dan pengembangan, serta pelatihan tenaga teknis di
bidang konservasi peninggalan purbakala
4. Pelaksanaan studi konservasi situs Borobudur, peninggalan sejarah dan
purbakala lainnya
5. Pelaksanaan perawatan, pengamanan serta pemeliharaan koleksi Candi
Borobudur
6. Pelaksanaan dokumentasi dan publikasi situs Borobudur dan peninggalan
purbakala lainnya
7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai

Bertitik tolak dari Tupoksi tersebut, Balai Konservasi Peninggalan Borobudur selain mempunyai tugas merawat Candi Borobudur sebagai Warisan Dunia (World Heritage) dengan Nomor 592/1992, juga mempunyai berbagai fasilitas untuk menunjang terlaksananya Tupoksi tersebut. Balai Konservasi

Peninggalan Borobudur memiliki laboratorium kimia, mikrobiologi, fisik/petrografi, dan SEM (scaning electron microscope). Keberadaan laboratorium ini untuk mengembangkan berbagai metode konservasi dan kajian untuk konservasi baik dari batu, bata, kayu, dan lainnya. Selain itu juga untuk uji coba bahan konservasi sebagai bahan pengganti yang lebih aman, efektif dan efisien. Bahan yang telah diuji direkomendasikan untuk pelaksanaan konservasi benda cagar budaya di Indonesia. Bahkan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur dapat membantu pelaksanaan analisis sampel dari institusi lain, mahasiswa yang sedang melaksanakan penelitian, maupun pihak swasta yang membutuhkan. Tidak hanya penelitian laboratorium saja, namun juga memiliki berbagai arsip foto, gambar, buku, dan lainnya pada masa pemugaran Candi Borobudur sampai kegiatan monitoring Candi Borobudur yang dilaksanakan secara kontinyu oleh Balai Konservasi Peninggalan Borobudur.

Balai Konservasi Peninggalan Borobudur juga melakukan kerjasama dengan melibatkan beberapa pakar dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sebagai nara sumber dalam pelaksanaan kajian/studi bidang konservasi, teknik sipil, arsitektur, geologi, biologi, kimia, dan arkeologi di lingkungan Candi Borobudur serta peninggalan purbakala lainnya. Selain itu juga sebagai tempat pelatihan tenaga teknis konservasi dan pemugaran benda cagar budaya secara rutin melaksanakan diklat konservasi dan pemugaran.
Berjalannya organisasi atau institusi tidak terlepas dari adanya visi dan misi untuk memberikan arahan perencanaan ke depan agar dalam melaksanakan Tupoksi lebih terarah, sistematis, komprehensif, dan berorientasi pada keberhasilan program. Bertitik tolak dari Renstra Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Renstra Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, serta Tupoksi Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, maka ditetapkan Visi dan Misi Balai Konservasi Peninggalan Borobudur 2005 – 2009, yaitu :

Visi


”Terwujudnya kelestarian Candi Borobudur sebagai Warisan Dunia dan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur sebagai pusat kajian dan pelatihan konservasi benda cagar budaya”

Misi
Untuk tercapainya Visi tersebut maka ditetapkan Misi sebagai berikut:

1. Terwujudnya kelestarian Candi Borobudur sebagai Warisan Dunia
2. Terwujudnya Balai Konservasi Peninggalan Borobudur sebagai pusat kajian
dan pelatihan konservasi benda cagar budaya
3. Terwujudnya SDM yang profesional di bidang pelestarian benda cagar
budaya
4. Terwujudnya kerjasama dalam dan luar negeri di bidang konservasi benda
cagar budaya

Lima Pilar Utama

Mencermati Tupoksi Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, terdapat lima pilar utama yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan upaya pelestarian terhadap Candi Borobudur di satu sisi serta meningkatkan fungsi dan kinerja Balai Konservasi di lain sisi. Lima pilar utama tersebut sebagai berikut:

1. Kelestarian Candi Borobudur sebagai Warisan Dunia

Candi Borobudur pertama kali dipugar pada tahun 1907-1911 oleh van Erp untuk memperbaiki dan mengembalikan bagian Arupadatu dan stupa induk. Pemugaran kedua pada tahun 1973-1983 oleh pemerintah Indonesia yang dibantu dari Unesco dan negara-negara donor. Pemugaran tahap kedua adalah untuk memperbaiki dan mengembalikan bagian Rupadatu (tubuh candi). Meskipun pemugaran dinyatakan sudah selesai, tetapi masih meninggalkan pekerjaan besar yaitu pemeliharaan, perawatannya, dan pelestariannya sebagai Warisan Dunia. Candi Borobudur sebagai salah satu karya besar nenek moyang bangsa Indonesia dan sudah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Dunia (World Heritage) tentunya memerlukan pemeliharaan, perawatan, dan upaya pelestarian secara khusus sesuai dengan standard pemeliharaan sebagai tinggalan Warisan Dunia.
Pada kenyataannya kelestarian Candi Borobudur tentunya sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah aspek bahan dan aspek konstruksi bangunan candi. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kelestarian Candi Borobudur adalah faktor lingkungan, baik yang bersifat biotis (lumut, algae, dan jasad renik lainnya) dan yang bersifat abiotis (panas matahari, hujan, kelembaban, dan sebagainya). Kedua faktor yang tersebut saling berinteraksi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kelestarian terhadap Candi Borobudur. Lebih-lebih bangunan Candi Borobudur berada di tempat yang terbuka sehingga faktor lingkungan yang bersifat abiotis, khususnya pengaruh air hujan, sangat berpengaruh terhadap kelestarian bangunan Candi Borobudur.

Selain itu itu juga ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kelestarian Candi Borobudur sebagai dampak negatif dari pemanfaatan sebagai obyek wisata. Pemanfaatan yang intensif sebagai obyek wisata antara lain dapat mengakibatkan tekanan pada daya dukung (carrying capasity) baik terhadap bangunan candi maupun lingkungan.
Oleh karena itu, untuk meminimalisasi kerusakan akibat faktor-faktor penyebab kerusakan dan dampak negatif dari pemanfaatan dilakukan berbagai bentuk monitoring secara kontinyu. Monitoring yang kontinyu ini juga bertujuan untuk menciptakan kondisi keterawatan (state of conservation) sesuai standard keterawatan sebagai Warisan Dunia. Monitoring rutin yang dilakukan terhadap Candi Borobudur dan lingkungannya antara lain:

• Monitoring keterawatan batu candi
• Monitoring dampak lingkungan
• Monitoring geohidrologi
• Monitoring kebocoran candi
• Monitoring stabilitas struktur candi dan bukit
• Monitoring pemanfaatan dan pengamanan candi

2. BKPB sebagai pusat studi dan kajian konservasi

Konservasi merupakan tindakan pelestarian yang dilakukan untuk memelihara dan mengawetkan benda cagar budaya dengan cara modern maupun tradisional sebagai upaya untuk menghambat kerusakan dan pelapukan lebih lanjut. Konservasi terhadap benda cagar budaya di Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan, baik secara metode, teknik, maupun prosedur teknis. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pengetahuan tentang ilmu bahan (material), pengetahuan tentang proses kerusakan (degradasi) bahan, pengetahuan tentang bahan-bahan konservan, pengetahuan tentang metode konservasi, dan sebagainya.

Selain faktor-faktor tersebut di atas, penanganan konservasi tentunya dipengaruhi oleh faktor eksternal, khususnya faktor iklim mikro setempat. Hal ini karena benda cagar budaya umumnya rentan dari pengaruh faktor iklim. Oleh karena itu masalah konservasi dapat menjadi masalah yang kompleks jika berbagai faktor sudah saling memberikan pengaruh.

Kompleksitas masalah konservasi terhadap benda cagar budaya tentunya menjadi tantangan bagi Balai Konservasi Peninggalan Borobudur untuk melakukan berbagai studi dan kajian bidang konservasi, teknik sipil, arsitektur, geologi, biologi, kimia, dan arkeologi. Studi dan kajian lintas disiplin ilmu tersebut diarahkan untuk menghasilkan metode baru yang lebih sesuai dalam hal konservasi terhadap benda cagar budaya.

Untuk mengembangkan metode konservasi tersebut maka Balai Konservasi Peninggalan Borobudur secara berkelanjutan melakukan studi dan kajian bidang konservasi, teknik sipil, arsitektur, geologi, biologi, kimia, dan arkeologi terhadap Candi Borobudur maupun peninggalan purbakala lainnya. Selain itu, metode konservasi dengan cara tradisional, khususnya pengawetan kayu dan logam, sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai local genius yang diwariskan dari generasi ke generasi. Namun local genius yang merupakan bagian dari kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang semakin hilang dan dilupakan. Oleh karena itu metode konservasi dengan cara tradisional perlu dinventarisir dan dikaji kembali secara ilmiah sehingga dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kegunaan dan kemanfaatannya untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Di samping itu, dengan adanya perubahan iklim global yang berupa pemanasan global (global warming) tentunya menjadi tantangan bagi para konservator untuk mengembangkan metode, teknik, dan prosedur konservasi sehingga dapat meminimalisir dampak negatif akibat pemanasan global.

Untuk mendukung studi dan kajian tersebut di Balai Konservasi Peninggalan Borobudur dilengkapi dengan Laboratorium Kimia, Laboratorium Mikrobiologi, Laboratorium Petrografi, Laboratorium SEM, Laboratorium Lapangan, Green House, Fotogrametri, dan Stasiun Klimatologi. Fungsi laboratorium tersebut sangat penting sebagai sarana untuk menganalisis data hasil studi dan kajian yang membutuhkan analisis laboratorium. Untuk itu maka keberadaan dan fungsi laboratorium juga perlu dikembangkan melalui pengembangan analisis laboratorium.

Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang strategis di bidang studi dan kajian konservasi maka diharapkan dapat menghasilkan metode-metode baru untuk penanganan konservasi benda cagar budaya, sekaligus dapat mengembalikan fungsi Balai Konservasi Peninggalan Borobudur sebagai pusat studi dan kajian konservasi benda cagar budaya yang tidak saja bertaraf nasional tetapi bertaraf internasional.

3. Pengembangan SDM yang profesional

Salah satu Tupoksi Balai Konservasi Peninggalan Borobudur adalah melaksanakan pelatihan tenaga teknis di bidang konservasi peninggalan purbakala. Ini mengandung makna bahwa tenaga teknis di bidang konservasi perlu dipersiapkan dengan berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan sehingga menjadi tenaga konservator yang siap pakai dan profesional. Lebih-lebih tenaga konservator merupakan SDM yang memiliki posisi pokok dalam upaya pelestarian terhadap benda cagar budaya.

Seiring dengan berjalannya waktu –dan sudah tidak mungkin dihindari– adalah terjadinya pergantian generasi. SDM generasi tua yang ahli di bidang pemugaran dan konservasi yang dahulu terlibat langsung dalam proyek restorasi Candi Borobudur tahun 1973-1983 sebagian besar sudah banyak yang memasuki masa pensiun. Bahkan pada dua atau tiga tahun ke depan tenaga-tenaga ahli dari generasi tua sudah pensiun semua. Pergantian generasi ini tentunya tidak hanya terjadi di lingkungan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur saja tetapi juga di lingkungan semua BP3. Oleh karena itu kaderisasi dan regenerasi tenaga ahli di bidang pemugaran dan konservasi merupakan program yang harus diprioritaskan. Berkaitan dengan meningkatkan profesionalitas SDM di bidang konservasi dan pemugaran maka kegiatan diklat, bintek, pemagangan, dan sebagainya perlu diprogramkan secara berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga dihasilkan generasi baru yang ahli di bidang konservasi dan pemugaran benda cagar budaya.

Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi maka pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, dan kota) sudah memiliki kewenangan melakukan upaya-upaya pelestarian terhadap benda cagar budaya yang berada di wilayah masing-masing. Pelaksanaan kewenangan di setiap provinsi, kabupaten, dan kota tentunya mengandung konsekuensi perlunya ketersediaan SDM yang memiliki kemampuan di bidang pelestarian benda cagar budaya. Menyikapi kondisi demikian tentunya menjadi tantangan tersendiri, perlunya menyiapkan program diklat atau bintek yang dapat menghasilkan tenaga-tenaga pelestari benda cagar budaya di daerah otonom.

4. Publikasi dan penyebaran informasi

Dalam dunia maya yang dapat diakses melalui jaringan internet, nama Borobudur sudah menjadi ikon. Hal ini dapat dibuktikan ketika memanggil melalui search dengan password borobudur (atau kata-kata lainnya yang berkaitan dengan Candi Borobudur, misalnya stupa, relief, buddha, dan sebagainya) maka berbagai tulisan dan informasi tentang Candi Borobudur sudah disajikan oleh berbagai web site, home page, atau portal, baik yang berada di Indonesia maupun di luar negeri. Bahkan kata borobudur tidak hanya berkaitan dengan Candi Borobudur saja tetapi juga berkaitan dengan nama hotel, travel biro, rumah makan, dan sebagainya. Ini semua menunjukkan dan memiliki makna bahwa Borobudur sudah mendunia melalui jaringan dunia maya atau internet. Oleh karena itu sangat strategis jika publikasi dan penyebaran informasi tentang Candi Borobudur melalui jaringan internet semakin dioptimalkan (lihat/buka: www.konservasiborobudur.org).

Dengan memanfaatkan secara optimal web site maka informasi tentang Candi Borobudur dengan berbagai bentuk upaya pelestariannya dapat disebarluaskan melalui jaringan internet. Lebih-lebih Candi Borobudur sebagai salah satu karya besar bangsa Indonesia yang mengandung berbagai ilmu pengetahuan ibarat sumur yang tidak pernah kering untuk diambil airnya. Selain itu melalui jaringan internet berbagai hasil studi dan kajian yang berkaitan dengan konservasi benda cagar budaya dapat dipublikasikan sehingga dapat diakses oleh masyarakat umum.

Publikasi dan penyebaran informasi tidak hanya melalui jaringan internet tetapi juga tetap memanfaatkan media publikasi, antara lain dalam bentuk buletin/jurnal, penerbitan buku, website, film dokumenter, pameran, dan sebagainya. Dengan melalui berbagai media maka masyarakat akan mendapatkan berbagai bentuk informasi tentang Candi Borobudur dan hal-hal yang berkaitan dengan upaya pelestarian benda cagar budaya.

5. Kerjasama antar pihak

Pada prinsipnya upaya pelestarian terhadap tinggalan budaya, dalam hal ini adalah benda cagar budaya, tidak dapat hanya dilakukan oleh satu pihak, tetapi harus sinergis antar pemangku kepentingan (stakeholder), yaitu pemerintah, masyarakat, LSM, kalangan akademik, dan pihak-pihak terkait lainnya. Lebih-lebih Balai Konservasi Peninggalan Borobudur yang mengemban Tupoksi melaksanakan pemeliharaan Candi Borobudur sebagai Warisan Dunia, melaksanakan studi/kajian di bidang konservasi, serta melaksanakan pembinaan dan pelatihan tenaga teknis konservasi, maka kerjasama dan koordinasi dengan para pemangku kepentingan menjadi salah satu kunci keberhasilan.
Kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait tidak hanya dalam perspektif pemeliharaan dan pengelolaan Candi Borobudur, tetapi juga untuk meningkatkan mutu hasil studi dn kajian di bidang konservasi. Oleh karena itu kerjasama dengan kalangan akademis dan perguruan tinggi perlu dibina dan dikembangkan, sehingga dapat terjalin hubungan kemitraan dalam mengembangkan studi dan kajian serta metode-metode baru dalam bidang konservasi.

Arah Kebijakan

Untuk mengembangkan lima pilar seperti yang sudah diuraikan di atas, maka Arah Kebijakan yang sudah disusun adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengelolaan Candi Borobudur sesuai dengan prinsip-prinsip
Warisan Dunia
2. Mengoptimalkan penelitian-penelitian terapan yang berkaitan dengan
konservasi benda cagar budaya
3. Mengoptimalkan peran laboratorium agar lebih dapat berdaya guna untuk
kepentingan pelestarian benda cagar budaya
4. Meningkatkan kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan lembaga terkait
baik nasional maupun internasional dalam bidang konservasi
5. Mengembangkan metode konservasi benda cagar budaya
6. Menyelenggarakan pelatihan bidang konservasi benda cagar budaya
7. Mengoptimalkan publikasi tentang Candi Borobudur dan benda cagar
budaya lainnya kepada masyarakat
8. Meningkatkan kemampuan SDM bidang pelestarian benda cagar budaya

Catatan Akhir

Dari uraian di atas dapat teridentifikasi bahwa ada empat tantangan ke depan yang dihadapi oleh Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, yaitu:

1. Peningkatan pelestarian Candi Borobudur
2. Peningkatan hasil studi / kajian bidang konservasi
3. Peningkatan kualitas SDM bidang konservasi
4. Peningkatan membangun jejaring kerjasama

Jika empat tantangan tersebut justru dijadikan sebagai peluang sekaligus sebagai penghalang (barrier) untuk peningkatan kinerja, maka alternatifnya adalah perlu dijembatani dengan kegiatan-kegiatan yang strategis sehingga Visi Balai Konservasi Peninggalan Borobudur yang sudah dicanangkan dapat tercapai. •