wsundak5.jpg (image)Pantai Siung, pantai berpasir memiliki banyak tebing-tebing tinggi



[wsundak5.jpg]

Pantai Siung terletak di sebuah wilayah terpencil di Kabupaten Gunung Kidul, daerah selatan agak Tepus. Jaraknya sekitar 70 km dari pusat kota, atau sekitar 2 jam perjalanan. Menjangkau pantai ini dengan sepeda motor atau mobil pilihan banyak orang, karena sulit
menemukan angkutan umum. Colt atau bis dari kota Wonosari biasanya hanya sampai ke wilayah Tepus, dan bahkan kemudian harus menunggu berjam-jam.

Excellent stamina dan performa kendaraan yang baik adalah modal utama untuk mencapai pantai ini. Dimengerti, banyak tantangan yang harus ditaklukkan, dari lereng, tikungan tajam yang kadang disertai turunan untuk panas yang melanda kulit ketika jalan dikelilingi oleh perbukitan kapur dan ladang-ladang tanaman. Keseluruhan memblokir sejak Pathuk (kecamatan pertama di Gunung Kidul ditemui) ke pantai.

Seolah-olah tidak ada pilihan untuk lari dari tantangan. Jalur Yogyakarta - Wonosari yang berlanjut ke titik Wonosari - Baron dan Baron - Tepus adalah jalur yang paling mudah diakses, jalan telah diaspal mulus dan sempurna. Rute lain melalui Yogyakarta - Imogiri - Gunung Kidul memiliki tantangan yang lebih berat karena banyak jalan yang berlubang, sementara jalur Wonogiri - Gunung Kidul terlalu jauh bila diambil dari kota Yogyakarta.

Sebagai ungkapan, "sakit untuk bersenang-senang terlebih dahulu dan kemudian", yang akan melakukan perjalanan ke Pantai Siung. Kesenangan, kelegaan dan kedamaian baru bisa dirasakan ketika telah mencapai pantai. Biru laut dan pasir putih yang akan membersihkan olahraga memperlakukan lelah.Tersedia sejumlah rumah-rumah kayu di pantai, tempat untuk bersandar dan chatting sambil menikmati pemandangan yang indah.

Salah satu pesona yang menonjol dari Pantai Siung adalah batu. Terumbu karang yang sangat besar di sebelah barat dan timur pantai memiliki peran penting, bukan hanya untuk menambah keindahan dan membatasi pantai lainnya. Karang juga merupakan dasar penamaan pantai, saksi kejayaan wilayah pantai di masa lampau dan pesona yang membuat pantai ini semakin dikenal, setidaknya di wilayah Asia.

Rock di mana penamaan pantai ini berlokasi agak menjorok ke laut. Nama ini diambil dari bentuk batu pantai menurut Wastoyo, seorang sesepuh setempat, menyerupai gigi kera atau Siung Wanara. Hingga kini, batu karang ini masih bisa dinikmati keindahannya, berpadu dengan ombak besar yang kadang-kadang memukul, sampai retak disusuri oleh air laut yang mengalir perlahan, menyajikan sebuah pemandangan dramatis

Monyet tartar yang masih berdiri dari gerusan ombak laut memberikan kontribusi untuk saksi kejayaan wilayah Siung di masa lalu. Menurut cerita Wastoyo, wilayah Siung pada masa para wali menjadi salah satu pusat perdagangan di Gunung Kidul. Tak jauh dari pantai, tepatnya di wilayah Winangun, berdiri sebuah pasar. Di tempat ini pula, berdiam Nyai Kami dan Nyai podi, istri abdi dalem Kraton Yogyakarta dan Surakarta.

Kebanyakan orang waktu Siung profesi sebagai petani garam. Mereka mengandalkan air laut dan garam sebagai kekayaan sumber penghidupan. Garam yang dihasilkan oleh warga Siung ini yang merupakan komoditas utama di pasar Winangun. Meski kaya akan berbagai jenis ikan, tak banyak orang yang berani melaut saat itu. Umumnya, mereka hanya mencari ikan di tepian.

Hal yang secara berangsur-angsur sepi ketika pasar Winangun, menurut cerita Wastoyo, ke Yogyakarta. Pasar bergerak dari Winangun kata di Yogyakarta bernama Jowinangun, Jobo berdiri Winangun atau di luar wilayah Winganun. Warga setempat kehilangan mata pencaharian dan tidak banyak orang yang datang ke wilayah ini. Tidak jelas usaha apa yang diambil penduduk setempat untuk bertahan hidup.

Di tengah-tengah yang tenang, pantai yang indah batu Siung kembali berperan. Sekitar tahun 1989, sekelompok pecinta alam dari Jepang menggunakan tebing batu yang terletak di pantai barat sebagai arena panjat tebing. Kemudian, pada dekade 90-an, kompetisi Asian Climbing Gathering diadakan tebing lagi digunakan sebagai arena perlombaan Pantai Siung. Sejak itu, popularitas Pantai Siung mulai pulih lagi.

Kini, sebanyak 250 jalur pemanjatan di Pantai Siung, memfasilitasi penggemar olah raga panjat tebing. Jalur kemungkinan masih bisa ditambah, melihat aturan dalam rangka untuk melanjutkan garis yang ada dengan izin sebelumnya dari pembuat jalan. Banyak pihak telah memanfaatkan jalur pemanjatan di pantai ini, seperti sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta yang hendak melakukan panjat tebing ketika YogYES mengunjungi pantai ini.

Fasilitas lain juga mendukung kegiatan panjat tebing adalah ground camp yang terletak di pantai timur. Dalam perkemahan ini tanah, tenda-tenda bisa didirikan dan api dapat menyebar untuk melewatkan malam. Terms of use hanya satu, tidak merusak lingkungan dan mengganggu habitat penyu, seperti peringatan tertulis dalam sebuah papan pengumuman yang terletak di kamp tanah yang juga dapat digunakan bagi mereka yang hanya ingin menghabiskan malam.

Tak jauh dari kamp tanah, ada rumah kayu yang dapat digunakan sebagai base camp, sebuah pilihan selain mendirikan tenda. Ukuran base camp cukup besar, cukup selama 10 hingga 15 orang. Bentuk rumah panggung membuat mata semakin leluasa menikmati keeksotikan pantai. Cukup dengan berbicara dengan penduduk setempat, mungkin disertai oleh beberapa dolar, itu base camp dapat digunakan untuk bermalam.

Saat malam atau waktu tenang pengunjung, sekelompok kera ekor panjang akan turun dari puncak tebing ke pantai. Kera ekor panjang sekarang jauh lebih jarang ditemukan di pantai ini. Keberadaan ini kera ekor panjang juga mungkin salah satu alasan mengapa batu karang yang di atasnya nama-nama dipasangkan dengan bentuk gigi kera, bukan jenis hewan lainnya.


0 komentar:

Posting Komentar